RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Bulan Agustus baru saja
berlalu, namun membicarakan kemerdekaan bukan hanya harus di bulan Agustus
saja, apalagi memasuki bulan September ini, kita akan memasuki bulan Gemar
Membaca, maka tak ada salahnya saya menulis unek-unek yang mungkin bisa menjadi
sebuah renungan bagi kita semua.
Sebagai seorang pustakawan otomatis adalah soerang penggerak literasi, dan
literasi adalah awal dari gerakan kemerdekaan itu sendiri.
Tanpa gerakan literasi rasanya mustahil
kita dapat merasakan alam kemerdekaan seperti yang sekarang kita nikmati.
Sudah selayaknya kita harus berpikir dan
menyadari bahwa kemerdekaan yang telah diproklamirkan 75 tahun yang lalu
bukanlah akhir dari perjuangan, namun adalah awal dari perjuangan kita semua
untuk mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang akan mengangkat harkat dan
derajat bangsa ini di hadapan dunia Internasional.
Telah banyak cara yang ditempuh oleh
pemimpin bangsa ini untuk mengisi dan memajukan bangsa ini agar lebih dihargai
dan dapat bersanding dengan sejajar di antara negara-negara maju lainnya di
dunia, namun kenyataannya masyarakat kita sendiri masih enggan untuk terus
berbenah dan mengubah image negatif yang sampai sekarang masih melekat kuat di
diri bangsa ini.
Image bangsa ini yang dulunya dianggap
primitif dan bodoh akan terus melekat apabila kita tidak terus berusaha dan
merawat makna kemerdekaan itu sendiri.
Kemerdekaan yang telah kita nikmati saat
ini bukan saja harus kita syukuri, namun juga harus kita rawat dan isi dengan
terus melakukan berbagai aktivitas dan terobosan di segala bidang, apalagi
bidang yang memang saat ini sedang digalakkan untuk terus ditingkatkan, yaitu
gerakan literasi.
Gerakan literasi adalah gerakan inti
dalam membangun bangsa ini di segala bidang, tak ada satupun pembangunan yang
dapat bergerak dan maju tanpa dibarengi dengan gerakan literasi yang mumpuni.
Bila kita mundur kebelakang dan membaca
sejarah, kita pasti tahu bahwa founding father bangsa ini adalah tokoh-tokoh
yang sangat gemar membaca. Para pemuda penggagas dan penukung pergerakan
kemerdekaan juga adalah para pemuda yang terpelajar yang tinggi tingkat
literasinya pada zamannya.
Maka fakta bahwa literasi adalah bahan
baku pergerakan dan modal awal untuk mengisi kemerdekaan adalah tidak dapat
disangkal lagi. Namun mirisnya adalah bahwa kenyataannya, saat ini tingkat
literasi Indonesia masih rendah, bahkan untuk kawasan Asia, Indonesia masih
berada di bawah negara tetangga, Malaysia yang merdeka jauh setelah bangsa ini
merdeka.
UNESCO pada tahun 2012 pernah merilis bahwa indeks baca masyarakat Indonesia
hanya 0.001 (%), yang berarti bahwa diantara 1000 orang, yang benar-benar
membaca buku hanya satu orang saja.
Bahkan ada semacam riset yang
menyebutkan bahwa anak-anak Indonesia hanya mampu membaca 27 halaman dalam
setahun, tentu ini adalah fenomena yang sangat mengerikan dan akan sangat
mengkhawatirkan. Karena apa yang kita lakukan saat ini adalah cerminan untuk
masa yang akan datang. Apa kabar bangsa ini dengan bonus demografinya kalau
tidak kita benahi mulai saat ini juga?
Melansir situs katadata.co, Kementerian
Pendidikan dan Budaya (Kemendikbud) RI telah pula menyusun Indeks Aktivitas
Literasi Membaca (Alibaca). Kegiatan Alibaca ini meliputi beberapa faktor,
yaitu Kecakapan, Akses, Alternatif, dan Budaya. Kategori Indeks Alibaca terbagi
atas lima kategori, yakni sangat rendah (0-20,00), rendah (20,01-40,00), sedang
(40,01-60,00), tinggi (60,01-80,00), dan sangat tinggi (80,01-100). Dan
rata-rata indeks Alibaca nasional berada di titik 37,32%, yang artinya
“tergolong rendah”. Data ini semakin menegaskan bahwa bangsa ini harus bergegas
mengejar ketertinggalan dengan negara lain dari sisi literasinya.
Melihat kenyataan ini, sudah selayaknya
kita saling bahu membahu dan bekerjasama dalam mendukung dan mengembangkan
minat baca dan aktivitas literasi lainnya. Kita sebagai warga negara yang cinta
pada bangsa ini dan berharap tidak akan ada penjajahan model baru untuk bangsa
ini pasti akan segera berupaya dan berusaha untuk membuat perubahan sekecil
apapun.
Perubahan ini dapat bermula dari diri
sendiri untuk bertekad menumbuhkan minat dan kebiasaan gemar membaca dan
menulis, menanamkan semangat kemerdekaan dengan menggunakan produk dalam negeri
dan berbagai upaya lainnya yang menumbuhkan dampak yang positif bagi kemajuan
bangsa kedepannya.
Padahal bangsa ini dibangun oleh
generasi yang cinta baca, Bung Karno dan Bung Hatta adalah dua sosok yang
sangat mencintai buku. Kita masih bisa mengingat kata-kata mutiara dari seorang
Bung Hatta yang berkata “Aku rela dipenjara asalkan bersama buku, karena dengan
buku aku bebas”.
Kita juga masih dapat melacak minat baca
Bung Karno yang sangat tinggi dari buku karya Cindy Adams yang menceritakan
tentang biografi Bung Karno yang sangat gila baca, sehingga diruangan manapun
didalam rumahnya terdapat buku-buku untuk dibaca tak terkecuali didalam toilet
rumahnya.
Sungguh paradoks, apabila dizaman sekarang, di mana informasi dan kemudahan
mendapatkan akses informasi belum dapat membuat kita untuk mau menambah
pengetahuan, utamanya pengetahuan yang berkaitan dengan upaya peningkatan
budaya literasi dan gemar membaca.
Kita wajib bercermin pada peradaban
bangsa Arab di Mekkah, yang semula dianggap primitif dan sangat tidak
berpendidikan bisa berkembang bahkan menjadi cikal bakal berdirinya peradaban
Islam yang besar hanya berawal dari perintah Allah, yaitu wahyu pertama
Al-Quran, ‘Iqra’. Perintah membaca dalam kitab suci kaum Muslim inilah yang
telah menjadikan Mekkah sekarang menjadi salah satu negara yang paling maju di
dunia.
Ray Douglas Bradbury, seorang sastrawan
berkebangsaan Amerika Serikat pernah berujar “Tidak perlu membakar buku untuk
menghancurkan sebuah bangsa, bikin saja orang-orangnya berhenti membaca”.
Ini adalah teguran keras untuk bangsa
ini, bangsa yang tingkat literasinya sangat rendah, hanya setingkat lebih
tinggi dari Botswana, negara di ujung benua Afrika. Mari baca kembali sejarah
bangsa, pelajari strategi perjuangan merebut kemerdekaan dan mulailah berjuang
mengembangkan potensi diri yang ada.
Ajak anggota keluarga lainnya untuk
mencintai aktivitas literasi dan tanamkan dalam diri untuk terus berjuang
melalui tulisan dan prestasi yang positif untuk kemajuan diri, lingkungan dan
bangsa.
Kini, di usiaa 75 tahun kemerdekaan,
mari kita niatkan dalam diri untuk mengisi kemerdekaan ini dengan mulai
membiasakan aktivitas gemar membaca.
Generasi sekarang ini adalah generasi
yang melimpah dengan sumber daya informasi dan teknologi, mari kita isi
kemerdekaan ini dengan meningkatkan interaksi dan budaya literasi.
Ayo kaum muda, para Milenial harapan
bangsa, ayo Ibu, srikandi dalam rumah tangga, dan Ayo Bapak, pahlawan dalam
rumah tangga, mari kita bersama dan bergotong royong membumikan gerakan
literasi di bulan Gemar Membaca, September. Karena belum membaca berarti belum
merdeka. Salam Literasi.[]
*Pustakawati
Izin promo ya Admin^^
BalasHapusbosan tidak ada yang mau di kerjakan, mau di rumah saja suntuk,
mau keluar tidak tahu mesti kemana, dari pada bingung
mari bergabung dengan kami di ionqq^^com, permainan yang menarik dan menguras emosi
ayo ditunggu apa lagi.. segera bergabung ya dengan kami...
add Whatshapp : +85515373217 ^_~ :))