Minggu, 31 Mei 2020

Memperingati Hari Lansia dengan Peningkatan Budaya Literasi dan Pola Hidup Bersih dan Sehat


Memperingati Hari Lansia dengan Peningkatan Budaya Literasi dan Pola Hidup Bersih dan Sehat

Adakah yang tahu bahwa pada setiap tanggal 29 Mei kita memperingati Hari Lansia Nasional?, ya, saya yakin masih banyak masyarakat yang belum tahu dan familiar dengan hari istimewa para lansia ini. Memang, pencanangan Hari Lansia Nasional (HLN) ini tidak begitu popular seperti peringatan hari Kartini, hari Pancasila atau hari nasional lainnya.
HLN yang tahun ini memasuki peringatan yang ke 22 tahun ini merupakan salah satu hari penting di Indonesia yang diperingati demi untuk mewujudkan rasa kepedulian dan penghargaan kepada para orang tua terutama yang telah memasuki usia lanjut (lansia).
Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia, Lansia adalah orang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Sebagai implementasi dari UU tersebut, maka dibentuklah Komnas Lansia (Komisi Nasional Perlindungan Penduduk Lanjut Usia), dan pemerintah juga merancang Rencana Aksi Nasional Lanjut Usia di bawah koordinasi kantor Menko Kesra.
Komnas Lansia di bentuk berdasarkan Keppres No. 52 tahun 2004 dan bertugas sebagai koordinator usaha peningkatan kesejahteraan sosial orang lanjut usia di Indonesia. Pencanangan ini di maksudkan untuk menghormati jasa Dr. KRT Radjiman Wediodiningrat yang masih memimpin sidang pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerekaan Indonesia dalam usia lanjut pada masa itu.
Di berbagai wilayah, setiap peringatan HLN, Pemerintah daerah selalu menggelar berbagai acara yang melibatkan orang lanjut usia, seperti acara senam bersama, sepeda santai, berbagai perlombaan, dan penyerahan paket bantuan. Selain itu, HLN juga diperingati dengan mengadakan berbagai seminar dan diskusi bertemakan orang lanjut usia.
Namun dengan kondisi yang sedang kita hadapi saat ini, yaitu masih dalam keadaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), maka bukan hal yang bijak bagi kita untuk merayakan dan memperingati momen berharga bagi kaum lansia ini seperti biasanya. Hal ini di lakukan juga demi menjaga agar kesehatan para lansia tetap aman dan terjaga dari penyebaran pandemik COVID-19.
Seperti yang kita katahui bahwa Lansia adalah kelompok dengan resiko paling tinggi dan rentan terhadap penularan COVID-19. Apalagi lansia yang telah memiliki riwayat penyakit seperti diabetes, jantung atau bahkan kanker paru-paru. Menurut organisasi kesehatan dunia WHO, penyebab lansia mudah terinfeksi adalah karena kekebalan dan daya tubuh yang rendah.
Lansia dan Pola Hidup Bersih dan Sehat
Ada banyak cara bagi lansia untuk mencegah agar tidak terjangkit oleh COVID-19, beberapa diantaranya adalah :
1.      Tidak keluar rumah jika tidak mendesak
Untuk sementara waktu agar meniadakan bepergian keluar rumah atau melakukan perjalanan yang tidak perlu, tujuannya untuk menghindari resiko penularan dari orang lain selama di perjalanan.
2.      Hindari pertemuan sosial sementara waktu
Biasanya di pertemuan sosial, resiko menjadi lebih tinggi karena tanpa sengaja dapat menyentuh benda atau orang yang telah terinfeksi COVID-19, sehingga memperbesar potensi penyebaran virus tersebut.
3.      Sementara waktu lebih baik tidak menerima tamu atau kunjungan kerabat
Bertahan memendam rindu kepada kerabat masih lebih penting daripada harus ikut turut andil dalam menyebarkan virus kepada orang terkasih. Lebih baik mencegah daripada mengobati.
4.      Tunda pemeriksaan kesehatan rutin dan kunjungan ke pusat kesehatan
Cobalah untuk menunda kunjungan ke dokter apabila tidak dalam keadaan yang sangat mendesak, serta pastikan selalu mencuci tangan dengan cairan desifektan berbasis alkohol.
5.      Ajarkan tentang kebersihan pada pengasuh
Penting untuk selalu memastikan kondisi kesehatan pengasuh agar lansia yang dirawatnya dapat terhindar dari bahaya penularan COVID-19 secara langsung.
6.      Jangan kompromi dengan rutinitas harian di luar rumah yang tidak perlu
Jangan pernah kompromi dengan rutinitas di luar rumah yang mungkin telah menjadi rutinitas harian, cobalah berkomitmen untuk melakukan rutinitas hanya dari dalam rumah agar lebih aman.
7.      Tetap lakukan protokoler kesehatan yang standar
Protokoler kesehatan yang standar lebih menjamin kesehatan. Dan yang lebih di perlukan lagi adalah adanya kesabaran dan keteguhan hati untuk selalu patuh pada aturan kebersihan dan pembatasan sosial yang berlaku.
Tentu sangat berat untuk melakukan berbagai komitmen diatas bagi para lansia, karena pada umumnya lansia sangat memerlukan kontak fisik dan penghiburan agar terhindar dari kondisi perasaan yang merasa terasing dan di singkirkan dari lingkungannya. Namun hal ini menjadi sangat penting dan membantu dalam upaya pencegahan penularan COVID-19 pada kelompok lansia.
Lansia dan Literasi
Demi untuk tetap menjaga suasana hati para lansia agar tetap terhibur dan tidak bersedih karena pembatasan sosial ini, maka diperlukan beberapa langkah yang dinilai layak untuk menjaga suasana hati lansia agar tetap ceria, beberapa diantaranya adalah :
1.      Perbaikan lingkungan
Perbaikan lingkungan yang dimaksud disini adalah kita mulai memfasilitasi berbagai kebutuhan lansia yang akan dilakukan saat berlangsung proses karantina di rumah. Kita bisa mulai dengan menata ulang kamar dan melakukan sedikit perbaikan ventilasi sampai penyediaan sabun cuci tangan dan fasilitas lainnya yang akan memudahkan lansia dalam beraktifitas sehari-hari dari dalam rumah.
2.      Ubah pertemuan sosial menjadi pertemuan secara virtual
Era digital sekarang ini sangat memudahkan kita dalam berinteraksi di dunia maya, tak terkecuali para lansia. Para lansia yang biasanya melakukan berbagai pertemuan sosial atau melakukan kegiatan ibadah bersama-sama dapat tetap melakukan kegitan tersebut dan berkomuikasi dengan menggunakan format digital sekarang yang sedang booming saat ini, yaitu berbagai aplikasi virtual seperti zoom,meet atau aplikasi lainnya.

3.      Sediakan buku dan media pembelajaran lainnya yang menghibur
Buku adalah teman sepanjang hayat, buku juga teman yang baik dikala sendiri. Para lansia tidak akan menolak buku yang ditawarkan kepadanya sepanjang buku tersebut adalah jenis buku yang diminati oleh para lansia. Biasanya lansia berminat pada buku yang berbau keagamaan atau bernuansa spritual. Buku kesehatan dan motivasi juga baik bagi mereka.
4.      Sediakan buku harian atau wadah bagi lansia untuk menulis
Salah satu cara dalam membunuh kesepian adalah dengan membaca dan menulis, para lansia yang terbiasa melakukan kegiatan sosial namun kali ini harus dibatasi dapat mulai menggunakan waktunya ketika karantina di rumah dengan menulis. Tema yang ditulis boleh apa saja yang tentunya dikuasai oleh lansia. Inti dari kegiatan menulis ini adalah agar lansia tetap produktif dan terhibur selama masa karantina.
5.      Manfaatkan keterampilan yang di miliki dan hobi lainnya
Lansia yang memiliki keterampilan khusus atau hobi tertentu dapat mulai berbagi ilmu dengan menggunakan berbagai media internet. Banyak aplikasi internet yang dapat dimanfaatkan, semisal Youtube, Facebook atau media lainnya yang akan membuat ilmu dan ketemapilan meraka dapat menyebar dan di pelajari oleh orang lain. Intinya adalah agar lansia tetap dapat berkomunikasi, dan bermanfaat serta jangan sampai ketinggalan informasi alias gaptek dan dapat menjalani hidup sesuai dengan kemajuan jaman.
Peringatan HLN ini dapat menjadi momentum bagi kita untuk lebih menghargai lansia dan semakin meningkatkan kesadaran kita untuk mulai memperhatikan keberadaan para lansia yang sangat rentan dan butuh perhatian ekstra. Di harapkan agar lingkungan dan keluarga juga dapat memahami dan menciptakan lingkungan yang baik, bersih dan sehat, sehingga akan membuat lansia merasa nyaman dalam menjalani hari-harinya.
Karena para lansia adalah pemelihara sekaligus pewaris budaya bangsa kepada dua generasi sesudahnya, maka dari itu, mereka butuh dukungan semangat dari keluarga, lingkungan dan masyarakat sekitar agar bisa dapat terus berkarya dan berkreasi serta bermanfaat pada sesama. Akhir kata, mari jadikan momentum Hari Lansia Nasional ini menjadi momen kita untuk semakin berbakti dan berbagi dengan lansia. Salam Literasi


Refleksi Hari Tembakau Sedunia: Menyadarkan Bahaya Merokok dengan Literasi


Refleksi Hari Tembakau Sedunia: Menyadarkan Bahaya Merokok dengan Literasi
Oleh : Rina Devina
Hari Tanpa Tembakau Sedunia diperingati setiap tanggal 31 Mei di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Negara-negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencetuskan Hari Tanpa Tembakau Sedunia atau World No Tobacco Day ini pada tahun 1987. Biasanya, pada peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) dirayakan dengan kampanye yang menyerukan kepada para perokok agar berpuasa tidak merokok (menghisap tembakau) selama 24 jam serentak di seluruh dunia.
Inti dari kampanye HTTS adalah bertujuan untuk menarik perhatian dunia mengenai semakin menyebarluasnya kebiasaan merokok beserta dampak buruknya terhadap kesehatan masyarakat. Diperkirakan kematian akibat merokok terus bertambah dan mencapai angka sebanyak 5,4 juta jiwa pertahunnya, ini belum termasuk angka korban kematian yang dikaitkan  dengan kanker paru. Kanker paru dan penyakit saluran pernafasan lainnya adalah salah satu dampak penyakit akibat dari menjadi perokok aktif dan pasif.
Ya, seperti yang kita ketahui bersama bahwa dampak dari asap rokok sangatlah berbahaya bagi kesehatan paru dan organ tubuh lainnya. Dan seperti yang kita saksikan akhir-akhir ini bahwa COVID-19 menyerang sistem pernafasan manusia, sehingga orang yang telah memiliki penyakit kelainan pernafasan apalagi kanker paru akan memiliki peluang lebih tinggi untuk terinfeksi dan akan menanggung resiko kematian yang lebih besar bila dibandingkan dengan orang yang tanpa masalah pada saluran paru dan pernafasannya.
Dalam perkembangannya, WHO sebagai organisasi kesehatan dunia, tak henti-hentinya untuk melakukan perlawanan terhadap perilaku merokok yang berbahaya bagi kesehatan, hal ini adalah demi kebaikan bersama. Jika konsumsi tembakau (baca:merokok) terus meningkat dan gagal di tekan, maka di prediksi akan membunuh lebih dari delapan juta jiwa orang pertahunnya yang merupakan dampak yang sangat mengerikan tentunya.
Di Indonesia sendiri, rokok masih menjadi persoalan yang tidak bisa di lepaskan begitu saja. Laman resmi Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa terdapat 20% perokok belia yang masih berusia antara 13-15 tahun, yang mana 41% adalah perokok remaja pria dan 3.5% adalah perokok remaja putri. Jumlah ini akan terus meningkat bila tidak dibarengi oleh berbagai usaha yang diharapkan akan menekan pertumbuhan perokok yang sangat massif dan krusial ini.
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tembakau ini adalah dengan edukasi, advokasi serta sosialisasi bahaya merokok bagi kesehatan melalui berbagai kegiatan literasi. Seperti yang kita ketahui, literasi bermakna luas. Literasi bukan melulu tentang buku atau perpustakaan. Literasi adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari begitu saja, seperti kegiatan literasi yang membahas tentang bahaya rokok bagi kesehatan manusia dan dampaknya bagi lingkungan, adalah bagian dari literasi itu sendiri.
Memang, salah satu kegiatan literasi adalah menggalakkan aktivitas membaca dan menulis, namun melakukan berbagai kegiatan seperti telaah, penelitian, diskusi dan berbagi informasi yang menambah informasi dan pengetahuan sehingga menjadikan orang semakin cerdas, maju dan berkembang juga adalah literasi. Pamplet, Baliho, spanduk dan berbagai himbauan larangan merokok juga adalah bentuk dari literasi.  
Manusia yang bagus pemahaman literasinya berimbas pada semakin tertib dan teratur hidupnya serta semakin menguasai permasalahan sehari-hari. Maka dari itu, mari kita tingkatkan literasi masyarakat agar kedepannya dapat mengatasi berbagai persoalan hidup, salah satunya adalah dengan meggalakkan kampanye bahaya rokok dan mencegah semakin meningkatnya jumlah perokok aktif, apalagi yang masih di bawah umur.
Sebagai salah satu upaya dalam literasi bahaya merokok, berikut adalah sedikit paparan mengapa rokok itu di larang dan berbahaya ketika asapnya masuk ke dalam tuhuh:
1.      Tekanan darah serta detak jantung akan meningkat sehingga aliran darah dari dan ke pembuluh darah kapiler menjadi berkurang.
2.      Kadar oksigen dalam darah menjadi berkurang karena karbon monoksida yang ada pada darah justru mengalami peningkatan akibat dari asap rokok.
3.      Paparan bahan kimia yang terkandung dalam asap rokok menyebabkan rambut halus yang ada di saluran pernafasan akan terus berkontraksi dan rusak
4.      Sistem kekebalan tubuh atau imun tubuh akan terus melemah sehingga membuat tubuh menjadi rentan terhadap berbagai penyakit.
Secara garis besar, rokok dapat menyebabkan :
a.       Kerusakan saluran pernafasan
b.      Memicu kondisi autoimun
c.       Menghambat aliran darah
d.      Jumlah antibody yang berkurang
e.       Mengurangi kadar antioksidan
f.        Meningkatkan sel darah putih secara berlebihan, dan masih banyak yang lainnya.
Inti dari kegiatan literasi ini juga sebagai media tambahan dalam berbagai usaha pemerintah yang berkenaan dengan usaha edukasi, advokasi dan sosialisai dalam mencegah budaya merokok dan menyadarkan masyarakat akan bahaya rokok. Literasi ini juga bertujuan sebagai salah satu upaya dalam menciptakan komitmen demi menciptakan lingkungan yang sehat bagi diri sendiri dan orang lain.
Akhir kata, selamat memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia dan mari kita sama sama meningkatkan pengetahuan dan berkontribusi dalam berbagai usaha yang positif demi menggalakkan kegitan literasi anti tembakau dan rokok sehingga masyarakat semakin sadar akan bahaya rokok dan makin berusaha meningkatkan kesehatan kita dan orang lain. Salam Literasi

Mengembalikan Kejayaan Islam lewat Perpustakaan Islam


Mengembalikan Kejayaan Islam lewat Perpustakaan Islam

Tak terasa kita telah memasuki hari ke 4 di bulan Syawal, bulan kemenangan setelah umat muslim sedunia menunaikan puasa sebulan penuh dalam bulan Ramadhan yang baru saja berlalu. Rasa haru menyambut kemenangan yang biasanya kita nikmati dengan penuh kemeriahan tahun ini benar-benar berbeda. Ya, semua sudah bisa menebak, semua ini adalah imbas dari menyebarnya wabah COVID-19, yang menyebabkan kita semua harus menjalani hari dan aktifitas dalam gerak yang serba terbatas.
Mau tak mau kita harus menerima kondisi saat ini, yang dapat kita lakukan adalah selalu muhasabah diri dan menciptakan upaya maksimal agar dapat melewati dan mengatasi permasalahan dengan sikap yang bijak dan legowo. Jangan pernah untuk menyalahkan takdir Allah, sebaliknya mari kembali kepada Allah melalui kitab sucinya dan belajar dari masa lalu, bagaimana para pendahulu kita mengatasi berbagai masalah pada zamannya.
Ya, belajar dari masal lalu adalah cermin untuk menata langkah ke depan agar lebih selamat dunia akhirat. Seperti yang kita ketahui, sejenis wabah juga pernah menyerang pada masa Kekhalifahan Umar bin Khattab, namun umat Islam mampu melewatinya dengan selamat karena mengikuti instruksi pemimpinnya. Yang kita perlukan sekarang adalah mengikuti berbagai protokoler kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Kalau kita runut ke belakang, sungguh Pemerintahan Islam adalah model pemerintahan yang terbaik sepanjang zaman. Untuk itu, sangat wajib agar kiranya dapat di tiru dan di contoh. Model Pemerintahan Islam terbukti mampu mengatasi berbagai persoalan hidup pada masanya. Namun sebelum kita mengadopsi model Pemerintahan Islam, tak ada salahnya untuk kembali melihat awal dari sejarah kebangkitan Islam, yaitu dengan cara melihat dan mencontoh kejayaan Peradaban Islam.
Peradaban Islam yang jaya terbukti adalah akumulasi dari keberadaan para cendekiawan Islam yang bermuara dari keberadaan Perpustakaan Islam. Perpustakaan Islam tumbuh dari penghargaan terhadap ilmu pengetahuan dan berkembang menjadi sebuah kebanggaan ummat.
Ada 4 periode besar pertumbuhan dan perkembangan Perpustakaan Islam pada masa lalu, diantaranya adalah:
1.      Masa Nabi Muhammad SAW dan para sahabat adalah periode pembentukan
2.      Masa Kekhalifahan Bani Umayyah adalah periode pertumbuhan
3.      Masa Kekhalifahan Bani Abbasiyyah adalah periode Perkembangan, dan
4.      Pasca Abbasiyah I adalah periode kemunduran
Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan perpustakaan sangat identik dan sejajar dengan fase perkembangan ilmu pengetahuan Islam yang terjadi pada era 661-750 M (Kekhalifahan Bani Umayyah) dan pada era 750-1250 M (Kekhalifahan Bani Abbasiyah I).
Khalifah Harun al-Rasyid (786-830 M) mendirikan Khizaah al-Hikmah, yang kemudian hari oleh putranya al-Makmun dikembangkan menjadi bayt al-Hikmah. Pada masa ini dunia mengenalnya sebagai The Golden Age of Islam, yang ditandai dengan berdirinya berbagai perpustakaan di hampir seluruh kota yang mayoritas di huni oleh penduduk yang beragama Islam, baik kota besar maupun kota kecil.
Perpustakaan Islam sebagai pusat belajar mengajar masyarakat adalah keniscayaan. Jadi jelaslah bahwa Perpustakaan Islam dapat menjadi pusat produksi dan inovasi budaya pengetahuan Islam melalui berbagai implementasi tradisi pengetahuan seperti menjadi pusat kajian dan penelitian. Hal ini sangat relevan apabila dihubungkan dengan keberadaan umat muslimin saat ini yang banyak memiliki akses ke perpustakaan, namun mengapa sulit untuk membangkitkan Ghiroh kebangkitan umat Islam?
Pakar Informasi Islam, Prof Ziauddin Sardar pernah berkata bahwa “Ummat Islam selalu bangga (membangga-banggakan) masa lalunya, tetapi kini dan masa depannya sudah diambil orang lain”, lalu pertanyaanya adalah “Apa yang dapat kita perbuat hari ini, dan untuk generasi di masa mendatang?” Jawabannya adalah kembali kepada firman suci Allah yang pertama kali muncul, yaitu perintah untuk “Iqra”.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Ia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS. 96: 1-5).
Ayat diatas dikenal dengan sebutan Falsafah Iqra. Hal ini mengambarkan betapa pentingnya membaca yang dapat kita lakukan sebagai rutinitas dalam kehidupan sehari-hari.
Ada tiga poin penting yang dapat disimpulkan, yaitu:
1.      Perpustakaan Islam menunjukkan hubungan yang unik dan saling terkait antara Islam dan pengetahuan serta tradisi kepustakawanan.
2.      Islam terbukti memberi inspirasi dan spirit dalam membangun kebudayaan perpustakaan dan tradisi kepustakawanan.
3.      Perpustakaan Islam menjadi dasar dan pondasi utama dalam peradaban melalui keberpihakannya terhadap ilmu pengetahuan dan kemanusiaan.
Jadi sudah selayaknya bagi kita umat Muslim diseluruh dunia untuk kembali kepada perpustakaan dan mulai menggali berbagai ilmu pengetahuan yang ada di perpustakaan, tak lupa juga kita harus terlebih dahulu kembali kepada perintah Allah dan Rasulnya yang mulia, Muhammad SAW.
Dalam sebuah hadis shohih dikatakan bahwa Rasul Muhammad SAW, pernah bersabda bahwa : “Aku tinggalkan dua hal untuk kalian, selama berpegang teguh dengannya, maka kalian akan selamat dunia dan akhirat, yaitu ALQURAN dan ALHADISTS”. Salam Literasi.

Memaknai Hari Kebangkitan Nasional Dengan Menulis


Memaknai Hari Kebangkitan Nasional Dengan Menulis
Oleh : Rina Devina
Selamat  hari Kebangkitan Nasional. Ini kata pertama yang harus saya tulis dalam tulisan ini karena banyak dari kita yang lupa dengan momen bersejarah ini sekarang. Lupa karena memang gaungnya sakarang yang lagi redup bila dibandingkan dengan pemberitaan COVID-19 dan juga lupa karena terlalu lama tidak beraktifitas di luar, sehingga terkadang kita lupa dengan tanggal dan hari bersejarah ini.
Walaupun kita sekarang sedang berada di tengah wabah pandemi dan terkarantina di rumah, hal ini tentu tidak seharusnya mengurangi semangat kita untuk terus mengisi momen Hari Kebangkitan Nasional (HARKITNAS) dengan apa yang kita bisa. Banyak hal yang dapat kita lakukan sesuai dengan kapasitas kita, apapun itu.
Berada di tengah pandemik saat ini, otomatis kita memiliki banyak waktu luang yang dapat kita gunakan dengan lebih produktif. Banyak hal yang tetap dapat kita lakukan, beberapa di antaranya  adalah membudayakan kegiatan literasi di tempat masing-masing, semisal kegiatan membaca, menulis, dan menelaah atau membuat penelitian sederhana.
Berbagai aktifitas diatas dapat kita lakukan sebagai ajang pengembangan diri, mengeksplorasi diri dan sebagai sarana menyerap ilmu pengetahuan serta membekali diri dengan berbagai ide-ide segar yang dapat kita gunakan tatkala kita mulai kembali beraktifitas secara normal pasca pandemik ini berlalu atau yang lebih dikenal dengan istilah ‘Normal Baru’
Banyak profesi yang dekat dengan kegiatan tulis menulis, yang paling dekat adalah profesi seperti guru, pustakawan dan peneliti. Ketiga profesi ini di tuntut untuk banyak membaca dan menulis agar dapat menyerap banyak ilmu dan pengetahuan yang kemudian akan di transferkan kembali kepada yang membutuhkan informasi atau pengetahuan tersebut, seperti kepada siswa, pembaca, pengguna perpustakaan dan siapapun yang membutuhkan informasi.
Berkaitan dengan momen HARKITNAS ini, kita yang memiliki profesi mulia ini dituntut menjadi garda terdepan dalam menjalankan tugas sebagai sarana saluran informasi publik yang dapat memberikan informasi yang bergizi, valid dan dapat dipercaya. Infomasi yang bergizi, valid dan dapat dipercaya hanya dapat diperoleh dengan mempraktekkan kebiasaan literasi, yaitu membaca, menelaah dan menulis.
Membaca dan menulis adalah tuntutan profesi kita, mau tidak mau, suka tidak suka kita tetap harus bisa melakukan dua pekerjaan utama ini. Membaca, selain sebagai sarana rekreasi diri juga sebagai suplemen penambah pengetahuan yang tiada henti, juga dapat berperan sebagai perpanjangan agenda reformasi birokrasi. Menulis juga memiliki poin kredit yang tinggi, sehingga keterampilan menulis sangat patut untuk terus diasah dan dikembangkan.
Berbicara mengenai keterampilan menulis, kita semua memiliki keterampian menulis tanpa kita sadari. Menulis adalah suatu keterampilan yang dapat dipelajari setiap orang, hanya saja perlu sedikit menambah dan memperbaiki teknik dalam menulis dan komitmen diri yang kuat untuk terus menulis.
Pertanyaan yang sering muncul adalah, bagaiman saya bisa menulis? saya belum pernah menulis dan tidak pernah ikut kursus atau kelas menulis? Hal ini dapat diatasi dengan banyak membaca dan cara efektif dalam menjadi seorang penulis adalah mulailah menulis. Tulis apa saja yang muncul di kepala, walaupun pikiran yang timbul adalah saya tidak dapat menulis. Tetap tuliskan. Saya tidak bisa menulis. Itu baru saja kita sudah menuliskan sesuatu, berarti kita bisa kan?
Ya, salah satu tips dalam menulis adalah action, tulis, tulis dan tulis. Tulis apa saja yang kita sukai, bisa juga tulis apa yang tidak kita sukai, mulailah susun kata-kata, biasanya dengan membiasakan menulis setiap hari dan meluangkan waktu untuk menulis, kita menjadi terbiasa untuk menulis dan mulailah sedikit-sedikit memperbaiki kualitas tulisan kita. Cara paling ampuh biasanya kita latihan nulis di status atau nulis di buku harian.
Intinya, semua orang pasti bisa menulis, siapapun itu, bukan hanya profesi guru, pustakawan dan peneliti saja. Setiap profesi bisa menjadi penulis, apalagi kalau kita berbicara mengenai Aparatur Sipil Negara (ASN), setiap ASN sudah barang tentu sering melakukan Perjalanan Dinas, dan setelah melakukan perjalanan dinas, biasaya ASN akan menyerahkan laporan tentang hasil perjalanan dinas tersebut. Penulisan laporan hasil perjalanan dinas adalah latihan menulis bagi para ASN, jadi tidak ada alasan bagi ASN untuk mengatakan tidak terbiasa menulis.
Ajakan membaca dan menulis sebagai inti dari Gerakan Literasi Nasional akan menjadi membudaya di kalangan ASN sehingga akan menyumbang dampak yang positif pada Gerakan Reformasi Birokrasi yang sekarang sedang gencar dilakukan oleh KEMENPAN RB dan jajarannya. Gerakan Reformasi Birokrasi jelas sulit dilakukan bila tidak dibarengi oleh semangat pembelajaran yang tinggi, salah satunya adalah peningkatan budaya literasi di kalangan ASN, yaitu kegiatan membaca dan menulis.
Usaha Transformasi Birokrasi dapat diawali dengan  Gerakan Literasi Birokrasi. Ya, dengan adanya Gerakan Literasi Birokrasi, akan menjadi contoh bagi masyarakat lainnya yang juga sedang gencar-gencarnya memupuk kebiasaan literasi yang digawangi oleh perpusnas dengan jargon kegiatan Gerakan Literasi Nasional-nya. Kedua program ini, Gerakan Literasi Nasional dan Gerakan Literasi Birokrasi dapat berjalan bersama dalam menciptakan iklim budaya yang cinta literasi, yaitu membaca dan menulis.
Akhirul kalam, mari kita niatkan dalam diri kita untuk mengisi momen  HARKITNAS ini dengan sesuatu semangat baru, menulis adalah salah satunya agar kita dapat menularkan semangat menulis yang positif pada lingkungan kita, apapun profesi kita, kita semua pasti bisa menulis. Jargon seorang ulama terkenal (Aa Gym) dapat menjadi semboyan kita untuk memulai, yaitu 3M, Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal yang kecil, dan Mulai sekarang juga. Ayo menulis, salam literasi





Sabtu, 30 Mei 2020

Al-Quran


Al-Quran
Ramadhan adalah bulan Al-Quran. Mengapa di katakan demikian? karena di bulan inilah turunnya Al-Quran pertama kali dan di bulan inilah Rasulullah langsung di bimbing oleh malaikat jibril dalam membaca, dan bahkan memahami dan menganalisa bacaan serta hapalan. Dan di bulan ramadhan inilah biasanya Rasulullah lebih sering menghabiskan waktu dengan membaca Al-Quran. Inilah yang menjadi dasar mengapa kita bisanya mengamalkan membaca Al-Quran di bulan ramadhan yang biasanya kita sebut sebagai Tadarus Al-Quran. Umat muslim belomba-lomba dalam menghatamkan Al-Quran pada bulan ini dan pahala membaca Al-Quran juga dilipatgandakan tentunya seperti ibadah lain yang sunnah dilakukan di bulan yang mulia ini. Selain membaca Al-Quarn, sebaiknya kita juga menelaah, mengerti dan memahami isi dan arti dari bacaan yang kita baca tersebut. Alangkah lebih baiknya selain membaca kita juga mempraktekkan apa yang diperintahkan untuk dilakukan, menghindari apa yang dilarang dan berusaha menerapkan semua hukum syari yang termaktub dalam Al-Quran yang mulia. Al-Quran adalah kitab akhir Zaman dan agama Islam adalah Rahmatan Lil-Alamin, sudah seharusnya kita dapat menjalankan semua aturan yang ada dalam kitab yang sempurna ini, baik dari segi apapun dalam kehidupan ini, apakah itu pemerintahan, hukum waris, kehidupan rumah tangga dan aturan-aturan dalam bermasyarakat. Mari kita kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah agar selamat.
#tantanganmenulisramadhan
#day14
#joeraganartikel
#Al-Quran