Memaknai Hari Kebangkitan Nasional
Dengan Menulis
Oleh : Rina Devina
Oleh : Rina Devina
Selamat
hari Kebangkitan Nasional. Ini kata
pertama yang harus saya tulis dalam tulisan ini karena banyak dari kita yang
lupa dengan momen bersejarah ini sekarang. Lupa karena memang gaungnya sakarang
yang lagi redup bila dibandingkan dengan pemberitaan COVID-19 dan juga lupa
karena terlalu lama tidak beraktifitas di luar, sehingga terkadang kita lupa
dengan tanggal dan hari bersejarah ini.
Walaupun
kita sekarang sedang berada di tengah wabah pandemi dan terkarantina di rumah,
hal ini tentu tidak seharusnya mengurangi semangat kita untuk terus mengisi
momen Hari Kebangkitan Nasional (HARKITNAS) dengan apa yang kita bisa. Banyak
hal yang dapat kita lakukan sesuai dengan kapasitas kita, apapun itu.
Berada
di tengah pandemik saat ini, otomatis kita memiliki banyak waktu luang yang
dapat kita gunakan dengan lebih produktif. Banyak hal yang tetap dapat kita
lakukan, beberapa di antaranya adalah membudayakan
kegiatan literasi di tempat masing-masing, semisal kegiatan membaca, menulis, dan
menelaah atau membuat penelitian sederhana.
Berbagai
aktifitas diatas dapat kita lakukan sebagai ajang pengembangan diri,
mengeksplorasi diri dan sebagai sarana menyerap ilmu pengetahuan serta
membekali diri dengan berbagai ide-ide segar yang dapat kita gunakan tatkala
kita mulai kembali beraktifitas secara normal pasca pandemik ini berlalu atau
yang lebih dikenal dengan istilah ‘Normal Baru’
Banyak
profesi yang dekat dengan kegiatan tulis menulis, yang paling dekat adalah profesi
seperti guru, pustakawan dan peneliti. Ketiga profesi ini di tuntut untuk
banyak membaca dan menulis agar dapat menyerap banyak ilmu dan pengetahuan yang
kemudian akan di transferkan kembali kepada yang membutuhkan informasi atau
pengetahuan tersebut, seperti kepada siswa, pembaca, pengguna perpustakaan dan
siapapun yang membutuhkan informasi.
Berkaitan
dengan momen HARKITNAS ini, kita yang memiliki profesi mulia ini dituntut
menjadi garda terdepan dalam menjalankan tugas sebagai sarana saluran informasi
publik yang dapat memberikan informasi yang bergizi, valid dan dapat dipercaya.
Infomasi yang bergizi, valid dan dapat dipercaya hanya dapat diperoleh dengan
mempraktekkan kebiasaan literasi, yaitu membaca, menelaah dan menulis.
Membaca
dan menulis adalah tuntutan profesi kita, mau tidak mau, suka tidak suka kita
tetap harus bisa melakukan dua pekerjaan utama ini. Membaca, selain sebagai
sarana rekreasi diri juga sebagai suplemen penambah pengetahuan yang tiada
henti, juga dapat berperan sebagai perpanjangan agenda reformasi birokrasi.
Menulis juga memiliki poin kredit yang tinggi, sehingga keterampilan menulis
sangat patut untuk terus diasah dan dikembangkan.
Berbicara
mengenai keterampilan menulis, kita semua memiliki keterampian menulis tanpa
kita sadari. Menulis adalah suatu keterampilan yang dapat dipelajari setiap
orang, hanya saja perlu sedikit menambah dan memperbaiki teknik dalam menulis dan
komitmen diri yang kuat untuk terus menulis.
Pertanyaan
yang sering muncul adalah, bagaiman saya bisa menulis? saya belum pernah
menulis dan tidak pernah ikut kursus atau kelas menulis? Hal ini dapat diatasi
dengan banyak membaca dan cara efektif dalam menjadi seorang penulis adalah
mulailah menulis. Tulis apa saja yang muncul di kepala, walaupun pikiran yang
timbul adalah saya tidak dapat menulis. Tetap tuliskan. Saya tidak bisa menulis.
Itu baru saja kita sudah menuliskan sesuatu, berarti kita bisa kan?
Ya,
salah satu tips dalam menulis adalah action, tulis, tulis dan tulis. Tulis apa
saja yang kita sukai, bisa juga tulis apa yang tidak kita sukai, mulailah susun
kata-kata, biasanya dengan membiasakan menulis setiap hari dan meluangkan waktu
untuk menulis, kita menjadi terbiasa untuk menulis dan mulailah sedikit-sedikit
memperbaiki kualitas tulisan kita. Cara paling ampuh biasanya kita latihan
nulis di status atau nulis di buku harian.
Intinya,
semua orang pasti bisa menulis, siapapun itu, bukan hanya profesi guru,
pustakawan dan peneliti saja. Setiap profesi bisa menjadi penulis, apalagi
kalau kita berbicara mengenai Aparatur Sipil Negara (ASN), setiap ASN sudah
barang tentu sering melakukan Perjalanan Dinas, dan setelah melakukan perjalanan
dinas, biasaya ASN akan menyerahkan laporan tentang hasil perjalanan dinas
tersebut. Penulisan laporan hasil perjalanan dinas adalah latihan menulis bagi
para ASN, jadi tidak ada alasan bagi ASN untuk mengatakan tidak terbiasa
menulis.
Ajakan
membaca dan menulis sebagai inti dari Gerakan Literasi Nasional akan menjadi
membudaya di kalangan ASN sehingga akan menyumbang dampak yang positif pada
Gerakan Reformasi Birokrasi yang sekarang sedang gencar dilakukan oleh KEMENPAN
RB dan jajarannya. Gerakan Reformasi Birokrasi jelas sulit dilakukan bila tidak
dibarengi oleh semangat pembelajaran yang tinggi, salah satunya adalah peningkatan
budaya literasi di kalangan ASN, yaitu kegiatan membaca dan menulis.
Usaha
Transformasi Birokrasi dapat diawali dengan
Gerakan Literasi Birokrasi. Ya, dengan adanya Gerakan Literasi
Birokrasi, akan menjadi contoh bagi masyarakat lainnya yang juga sedang gencar-gencarnya
memupuk kebiasaan literasi yang digawangi oleh perpusnas dengan jargon kegiatan
Gerakan Literasi Nasional-nya. Kedua program ini, Gerakan Literasi Nasional dan
Gerakan Literasi Birokrasi dapat berjalan bersama dalam menciptakan iklim budaya
yang cinta literasi, yaitu membaca dan menulis.
Akhirul
kalam, mari kita niatkan dalam diri kita untuk mengisi momen HARKITNAS ini dengan sesuatu semangat baru,
menulis adalah salah satunya agar kita dapat menularkan semangat menulis yang
positif pada lingkungan kita, apapun profesi kita, kita semua pasti bisa
menulis. Jargon seorang ulama terkenal (Aa Gym) dapat menjadi semboyan kita
untuk memulai, yaitu 3M, Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal yang kecil,
dan Mulai sekarang juga. Ayo menulis, salam literasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar