Senin, 02 November 2020

Peran Pustakawan Hukum Pada Kanwil Kemenkumham Sumut Oleh : Rina Devina

 

Peran Pustakawan Hukum Pada Kanwil Kemenkumham Sumut

Oleh : Rina Devina

Menurut UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan, Perpustakaan Khusus di bentuk dan dipergunakan secara terbatas bagi pemustaka yang ada di lingkungan lembaga pemerintah, lembaga masyarakat, lembaga pendidikan, rumah ibadah dan organisasi lainnya. Pada umumnya, karekteristik perpustakaan khusus ada pada layanannya yang hanya melayani kelompok tertentu dan subjeknya juga terbatas pada fungsi dari lembaga induk yang menaunginya. Perpustakaan ini tentu berfungsi untuk mendukung visi dan misi dan sebagai pusat informasi serta membantu dalam tugas penelitian dan pengembangan lembaga.

Perpustakaan Hukum Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Utara merupakan salah satu perpustakaan khusus yang bertugas melaksanakan pengelolaan perpustakaan dan penyebaran informasi hukum khususnya Jaringan Informasi Hukum Nasional. Perpustakaan Hukum Kanwil Kemenkumham Sumut berperan penting dalam menunjang penyebaran hasil-hasil penelitian dan kajian bidang hukum. Peran ini jelas membutuhkan tenaga professional, yaitu tenaga teknis dan fungsional pustakawan.

Perpustakaan khusus di lembaga (baca : penelitian) seperti ini juga berperan penting dalam mendukung keberhasilan penelitian dan pengembangan serta menunjang keberhasilan output kegiatan dari pelaku penelitian/peneliti, yaitu Karya Tulis Ilmiah (Masiani 2015). Sehingga Pustakawan adalah ujung tombak dari sebuah perpustakaan yang dapat menjadi media ‘Penghubung’ bagi pemustaka dalam memenuhi kebutuhan informasinya. Fungsi utama Pustakawan dapat berupa pelayanan prima dalam segala kebutuhan pemustaka, diantaranya adalah efektifitas dan kesiagaan dalam mencari informasi yang sesuai dengan kebutuhan dan minat dari pemustaka perpustakaan itu sendiri.

Pustakawan pada Perpustakaan Hukum Kanwil Kemenkumham Sumut juga dapat berperan sebagai sarana mediator bagi pemustaka dengan bahan pustaka. Jadi, dapat dikatakan bahwa pustakawan haruslah memiliki wawasan yang luas terhadap berbagai subjek dan koleksi yang terdapat di perpustakaan yang dikelolanya. Interaksi yang user frendly oriented dan tingginya kepekaan dan rasa menghargai pemustaka adalah aspek penting yang harus dimiliki oleh seorang pustakawan yang professional.

Perpustakaan Hukum Kanwil Kemenkumham Sumut merupakan perpustakaan khusus yang memiliki pengunjung atau pemustaka yang secara tetap dan aktual yang terdiri dari peneliti yang berasal dari komunitas-komunitas hukum, praktisi hukum (Perancang Peraturan Perundang-Undangan, Penyuluh Hukum, Analis Keimigrasian, Penyuluh Paten dan Merek serta berbagai pejabat fungsional lainnya yang berhubungan dengan hukum ), aktifis hukum serta Dosen dan Mahasiswa hukum dan lain sebagainya.

Layanan Prima Perpustakaan

Pustakawan yang bertugas pada Perpustakaan Hukum Kanwil Kemenkumham Sumut sendiri merupakan tenaga fungsional dan non fungsional. Fungsional Pustakawan yang ada di Kanwil Kemenkumham Sumut ada sebanyak tiga orang dan memiliki banyak tanggungan pekerjaan baik secara internal maupun eksternal. Para Pustakawan Hukum ini selalu mendalami dan memahami perannya sebagai orang-orang yang memiliki kewajiban untuk melaksanakan layanan secara maksimal dan memberikan pelayanan prima.

Demi mencapai pelayanan prima, para Pustakawan Hukum yang bertugas selalu menjaga kedekatan dengan pemustaka perpustakaan yang berasal dari berbagai elemen masyarakat. Walaupun yang boleh meminjam hanya pemustaka yang terdaftar sebagai anggota dari Perpustakaan Hukum Kanwil Kemenkumham Sumut saja. Antara Pustakawan dan Pemustaka perpustakaan juga selalu membina hubungan kerja, interaksi dan berbagi informasi kebutuhan atau saling memberikan saran bagi kemajuan perpustakaan dan layanan yang diberikan.

Layanan yang potensial untuk dikembangkan pada semua perpustakaan khusus, dalam hal ini perpustakaan hukum adalah layanan referensi. Layanan ini bertugas untuk membantu pemustaka perpustakaan yang ingin menemukan suatu informasi ataupun koleksi yang diinginkannya secara tepat dan cepat (Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus, 2006). Dalam layanan referensi ini juga mencakup bimbingan pribadi, direktori, tanda-tanda, pertukaran informasi yang diambil dari sumber referensi, layanan konsultasi, penyebaran informasi serta akses menuju sumber informasi lainnya.

Seorang Pustakawan Hukum harus memiliki akses dan jaringan yang luas untuk mendapatkan sumber informasi yang kaya dari berbagai tempat/perpustakaan/pusat informasi lainnya. Baik perpustakaan sejenis atau perpustakaan yang memiliki korelasi dengan kebutuhan para pemustaka perpustakaan tersebut. Pustakawan juga selalu berusaha selalu memberikan informasi dan koleksi secara cepat pada subjek yang paling spesifik sekalipun kepada pemustaka yang membutuhkan. Layanan kebutuhan ini dapat disampaikan melalui e-mail, chat dan telepon secara pribadi juga.

Walaupun penggunaan teknologi informasi telah berkembang secara pesat, namun para pustakawan hukum di Kanwil Kemenkumham Sumut merasa pelayanan secara langsung lebih memiliki keunggulan bila dibanding dengan pelayanan tidak langsung yang menggunakan media. Alasan utamanya tentu saja kenyamanan bagi pemustaka dan pustakawan sendiri, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan leluasa dan diharapkan tidak ada miskomunikasi yang biasanya terjadi bila kita melakukan komunikasi tidak langsung dengan menggunakan media tentunya. Sehingga kebutuhan pemustaka dapat disampaikan dan dipahami dengan lebih jelas.

Kompetensi Pustakawan

Nashihuddin (2015) mengatakan bahwa pustakawan sebagai suatu profesi sebaiknya memiliki suatu kompetensi. Kompetensi seorang pustakawan dapat dibedakan secara umum menjadi tiga golongan, yaitu :

1.      Kompetensi Umum, ini adalah kompetensi dasar seorang pustakawan seperti kemampuan mengoperasikan komputer, menyusun rencana kerja, dan menyusun laporan kinerja perpustakaan.

2.      Kompetensi inti, kompetensi yang harus dimiliki seorang pustakawan hukum seperti pengadaan bahan pustaka hukum, pengatalogisasian khusus, melakukan layanan sirkulasi, penelusuran informasi, promosi dan literasi informasi perpustakaan.

3.      Kompetensi khusus, yaitu kompetensi yang bersifat spesifik seperti membuat literatur sekunder, melakukan kajian dan membuat karya tulis ilmiah bidang perpustakaan.

Kompetensi lainnya yang harus selalu ditingkatkan oleh seorang pustakawan hukum adalah pengetahuan, pemahaman, dan keahlian dalam bidang hukum yang terkait sehingga dapat menguasai secara mendalam berbagai informasi khusus sesuai subjek spesialis serta berbagai informasi atau pengetahuan yang dapat mempertemukan pemustaka dengan informasi atau koleksi yang dibutuhkannya.

Menurut Perpusnas (2017), dalam Standar Nasional Perpustakaan Khusus, disebutkan bahwa komposisi tenaga pengelola perpustakaan khusus adalah Kepala Perpustakan : Pustakawan : Tenaga Teknis = 1 : 1: 1. Saat ini komposisi tenaga pengelola pada Perpustakaan Hukum Kanwil Kemenkumham Sumut adalah 1 : 3 : 1. Jumlah ini dapat dikatakan sangat bagus dan ideal. Jumlah Pustakawan Hukum ini sangat membantu dalam pengelolaan perpustakaan, tugas menyebarkan dan desiminasi hasil kajian hukum kepada masyarakat. Hal ini tentunya sangat membantu dalam tugas lembaga penelitian yang diharapkan mampu mempublikasikan berbagai hasil penelitian dan kajian melalui berbagai media, cetak maupun online.

Dilihat dari latar belakang pendidikan pustakawan hukum pada Kanwil Kemenkumham Sumut, terdapat dua orang dengan latar pendidikan Ilmu Perpustakaan, dan dua orang yang tidak memiliki pendidikan Ilmu Perpustakaan, tapi memilih jalur inpassing pustakawan memalui ujian kompetensi pustakawan yang diselenggarana oleh Perpustakaan Nasional RI. Dan bila dilihat dari jenjang keahlian, terdapat satu orang pustakawan terampil dan dua orang pustakawan ahli.

Tugas Pokok dan Fungsi

Pada Kanwil Kemenkumham Sumut, perpustakaan berada di bawah Sub Bidang Penyuluhan Hukum, Bantuan Hukum dan Jaringan Dokumentasi Informasi Hukum. Sedangkan peran utama dari perpustakaan hukum dan pustakawan hukum saat ini adalah :

1.   -  Berusaha membentuk dan mengintegrasikan perpustakaan hukum atau Jaringan Dokumentasi Informasi Hukum (JDIH) yang ada di daerah, khususnya  yang ada di 33 kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara.

2.     -   Berkoordinasi dan bekerjasama dalam pengelolaan perpustakaan hukum dan JDIH yang ada di 33 kabupaten dan kota yang ada di Sumatera Utara

3.      - . Berkomunikasi dan bertukar informasi dengan Badan Pembinaan Hukum Nasional di Jakarta terkait pengumpulan berbagai produk hukum yang ada di daerah Sumatera Utara

4.     -  Mengadakan bimbingan dan monitoring serta evaluasi dalam pengenalan dan pengembangan Jaringan Dokumentasi Informasi Hukum di daerah.

5.     -   Memberikan akses yang mudah dan terjangkau bagi para pemakai jasa perpustakaan dan JDIH.

6.     -   Memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang informasi dan koleksi hukum sebagai modal dasar nan utama dalam pelayanan perpustakaan dan JDIH.

7.      - Meningkatkan berbagai layanan, terutama pelayanan referensi melalui berbagai media promosi lainnya

8.     -  Berkolaborasi dan menjaga hubungan baik dengan berbagai pihak yang terkoneksi seperti bagian hukum daerah, sekretariat daerah dan berbagai universitas/kampus hukum yang ada di Sumatera Utara.

9.     - Melakukan evaluasi layanan yang ada pada perpustakaan Kanwil dan pada perpustakaan atau pojok baca yang ada di Unit Pelayanan Teknis Kanwil Kemenkumham Sumut

Dalam mendukung semua tugas pokok dan fungsi sebagai pustakawan hukum, pembinaan karir tenaga perpustakaan dan pustakawan wajib dilakukan secara berkala dan berkelanjutan. Menurut Nashihuddin (2015), pembinaan karir tersebut bertujuan untuk :

1.      1. Mendayagunakan kemampuan professional seorang pustakawan

2.      2. Mengoptimalkan pemanfaatan SDM berdasarkan kompetensi dan visi misi lembaga induknya

3.     3. Membina kemampuan, kecakapan, dan keterampilan pustakawan secara efisien dan rasional

4.      4. Menyediakan spesifikasi tugas, tanggung jawab, hak dan kewenangan kepada setiap pustakawan

5.      5. Memberikan gambaran tentang jabatan, kedudukan, dan jalur yang dapat dicapai seorang pustakawan

6.      6. Memberi kesempatan kepada para pustakawan untuk naik jabatan sesuai ketentuan yang berlaku

7.     7.  Menjadi dasar bagi setiap kepala perpustakaan atau kepala instansi untuk mengambil kebijakan yang berkaitan dengan manajemen perpustakaan

8.     8.  Menciptakan keterpaduan yang serasi antara kemampuan, keterampilan, dan motivasi dengan jenjang penugasan para pustakawan

 Artikel ini pernah di muat pada : jurnal.umsu.ac.id

 vol. 1. No.1 (2020)

alamat : http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/KONSTITUSI/artikel/view/5525

 

 

 

 

 

 

 

;

Ayo Terapkan Literasi Sejak Dini Oleh : Rina Devina

 


 

Saya yakin, banyak dari kita yang sudah mendengar kata ‘Literasi’. Dan tidak sedikit juga yang menganggap bahwa arti kata literasi hanya sebagai kemampuan membaca saja. Padahal pengertian dan kemampuan literasi menjangkau hal yang lebih luas lagi. Lalu pertanyaanya, literasi itu sebenanya memiliki arti apa sih?

Literasi dalam bahasa Indonesia berarti keberaksaraan, yaitu kemampuan membaca dan menulis. Terdapat beberapa pengertian literasi yang dapat kita jadikan rujukan dalam mengartikan kata literasi, diantaranya adalah :

1.      Pengertian literasi menurut National Institute for Literacy (NIFL), yang mendeskripsikan bahwa literasi adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk membaca, menulis, berbicara, berhitung dan memecahkan masalah pada suatu tingkat keahlian yang diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan, keluarga dan masyarakatnya.

2.      Menurut Educational Development Center (EDC),  Literasi adalah lebih dari sekedar kemampuan baca dan tulis saja. Literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan keterampilan (skills) yang dimiliki dalam hidup seseorang. Dengan pemahaman bahwa literasi mencakup kemampuan membaca kata dan membaca ‘dunia’.

3.      Literasi menurut Kemendikbud (2016:2), adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan berbicara.

Dari berbagai uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa secara umum, literasi mengandung arti seperangkat keterampilan nyata, khususnya keterampilan kognitif membaca dan menulis, yang terlepas dari konteks dimana keterampilan itu diperoleh dan dari siapa memperolehnya.

Akhir-akhir ini, upaya peningkatan sadar literasi dan gerakan literasi sedang gencar-gencarnya dilakukan oleh berbagai pihak, baik individu, institusi, praktisi dan akademisi. Semua merasa wajib terlibat untuk membangun budaya literasi demi mencetak individu yang tidak hanya cerdas dalam bidang akademik saja, namun juga mampu memiliki pola pikir kritis dan logis.

Tentu saja, untuk mencetak generasi unggul dan maju seperti itu bukan hanya peran guru disekolah, namun prakteknya juga harus diterapkan dalam kehidupan keseharian termasuk dirumah dan lingkungan masyarakat. Hal inilah yang akan mendorong peran orang tua menjadi kunci keberhasilan dalam menanamkan pendidikan dan kebiasaan literasi pada anak-anak mereka mulai dari usia dini.

Meningkatkan kemampuan literasi pada anak usia ini tidak saja membantu dalam meningkatkan kemampuannya dalam membaca dan menulis, namun juga untuk membantu mengenalkan kata, bahasa, mengenali dan memahami berbagai ide atau informasi yang disampaikan baik dari buku, suara, video, dan sumber informasi lainnya.

Mengembangkan kemampuan literasi pada anak sejak usia dini dapat menjadi modal yang baik bagi perkembangan seorang anak, apalagi dalam mengahadapi tantangan dimasa depannya. Kemampuan literasi yang baik akan membantu anak dalam berbagai aktivitasnya seperti ketika membaca, menulis, berhitung, mengembangkan kemandirian, menigkatkan prestasi akademik, mempersiapkan diri memasuki dunia sekolah hingga mengembangkan kemampuan komunikasi dan sosialisasi dengan orang lain maupun lingkungan sekitar

Kemampuan literasi yang baik pada seorang anak akan dapat membantunya mengembangkan kemampuan berpikir secara kritis dan logis dalam mengahadapi berbagai macam situasi. Sehingga membuat seorang anak semakin tinggi kemampuannya dalam menerima dan mengolah informasi dan menyimpulkan masalah serta memecahkan persoalan, juga membantu menyikapi informasi yang diterima secara bijaksana.

Untuk mulai membantu membiasakan dan mengoptimalkan kemampuan literasi anak usia dini, ada beberapa tips yang dapat dilakukan, diantaranya adalah :

1.      Bangun komunikasi dengan anak sejak dini

Membangun komunikasi dengan anak sejak dini sangatlah penting, karena dapat membantu anak dalam mengembangkan kosa kata, kemampuan bahasa, kemampuan menyampaikan ide, dan membantu menstimulasi perkembangan otaknya. Selalu ajak anak untuk berkomunikasi atau mengobrol/berbicara tentang apa saja, walaupun kelihatannya hal-hal yang sederhana seperti, “kita menggambar yuk?”, “Adek, lihat langitnya mendung, mungkin akan turun hujan nanti” atau “kira-kira kalau sudah besar adek ingin jadi apa ya?” Bagaimana cara mencapai cita-cita adek itu?”. Bekomunikasi dari hati ke hati atau sharing dapat dilakukan dengan berbagi cerita tentang kegiatan dan apa yang mereka rasakan, yang mereka lihat, mereka baca atau mereka dengar seperti “ kakak tadi kegiatannya apa saja selama disekolah?” atau “gimana perasaan kakak setelah liburan ke rumah nenek?” para orang tua dapat membantu anak dengan memberikan kata-kata yang dapat membantu anak mengeluarkan atau menjelaskan perasaan atau emosi yang dirasakannya. Hal ini sangat membantu anak dalam memahami dan mengenal emosi yang dirasakan oleh anak mereka sendiri ataupun oleh orang lain.

2.      Biasakan kegiatan mendongeng

Jangan pernah sepelekan kegiatan mendongeng. Dengan mendongeng untuk anak secara rutin, terbukti membantu anak untuk mendengar dan mengetahui berbagai kosa kata baru yang mungkin dan kadang belum pernah diketahuinya sebelumnya. Mulailah luangkan waktu orang tua sekitar 10-15 menit menjelang tidur untuk mendongeng atau kapan saja waktu yang disepakati oleh anak dan orang tua. Ceritkan dongeng dengan bersuara, melakukan beberapa gerakan dan kontak mata serta gunakan mimik wajah dan suara yang lebih ekspresif. Hal ini akan membatu anak dalam mengenal bunyi, kata, suara dan nada bahasa yang orang tua ucapkan.

3.      Bermain peran storyteller secara bergantian

Orang tua dapat mengajak anak-anak bermain peran sebagai storyteller secara bergantian. Orang tua dapat mulai menjadi storyteller dan anak sebagai pendengarnya. Gunakan cerita yang mengandung kosa kata baru yang mungkin anak belum pernah mendengarnya. Penggunaan kata-kata sederhana juga boleh digunakan, semisal kata-kata perumpamaan, nama-nama bunga, hewan atau nama benda-benda yang ada di sekitar dan lingkungan terdekat anak. Bila anak sudah cukup besar, dorong anak agar bergantian menjadi pendongeng dan orang tua menjadi pendengarnya. Jangan lupa untuk memberikan pertanyaan prediksi atau pancingan saat sedang bercerita agar konsentrasi anak tetap terjaga. Pertanyaan prediksi atau pancingan ini akan membantu anak menjadi kreatif dan melatih kemampuan bicara, kosentrasi dan mengenali sejauh mana anak memahami situasi dan alur cerita.   

4.      Ajak anak melakukan tugas secara bersama-sama

Kalau orang tua jeli, banyak cara untuk melatih kemampuan literasi anak dalam berbagai bidang. Salah satunya adalah dengan cara melibatkan anak dengan aktivitas orang tuanya, seperti berbelanja ke pasar. Saat orang tua mengajak anak terlibat langsung untuk ikut berbelanja ke pasar, anak akan secara tidak langsung melatih kemampuan literasi berhitungnya. Pelibatan anak dalam aktivitas ini dapat dimulai dengan menyuruh anak untuk menuliskan list atau daftar nama barang yang akan di beli di pasar. Sesampainya di pasar, biarkan anak ikut menyentuh dan memilih barang atau benda yang ada di sekitarnya, seperti menyentuh buah atau sayur yang unik menurutnya. Orang tua juga dapat mengajukan pertanyaan seputar sayur atau buah bahkan benda lain yang diamati, disentuh dan/atau dilihat oleh anak. Dengan mengajukan pertanyaan sederhana seperti “kenapa ada buah yang memiliki rasa yang manis dan ada yang memiliki rasa yang asam?’akan memancing anak untuk menggunakan logikanya dan meyusun kosa katanya.

5.      Seringlah ajukan pertanyaan pancingan

Sering kali kita sebagai orang tua terlalu mendikte anak, bahkan dalam hal bertanya kepada anak. Kita sebagai oarng tua sering bertanya kepada anak yang hanya membutuhkan jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’. Padahal cara ini akan membuat anak menjadi tertutup dan kurang terbuka serta tidak menjadi kreatif ketika menjawab pertanyaan kita. Mulailah gunakan pertanyaan yang akan membantu anak dalam mengembangkan kemampuan bahasa anak. Gunakan pertanyaan yang mengharuskan anak menggunakan percakapan ketika akan menjawab pertanyaan atau pembiacaraan. Orang tua dapat bertanya seperti “Mainan kamu sebaiknya disimpan dimana ya? Setelah anak menjawab, ajukan pertanyaan lainnya yang memancing anak menjelaskan alasannya mengapa memberikan jawaban tersebut. Anak juga pasti akan terbiasa bertanya bila memang belum tahu apa yang akan dilakukannya.

6.      Ajak anak menikmati musik dan bernyanyi

Salah satu stimulus yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional adalah dengan mendengarkan musik dan lagu serta bernyanyi. Kegiatan yang satu ini juga dapat membantu anak dalam mendengar berbagai kata, nada atau suara yang berbeda. Saat anak bernyanyi, mereka akan melafalkan dan menghapal kata-kata baru. Ini akan melatih anak membedakan suara dalam pengucapan serta meningkatkan kemampuan berpikir mereka. Dengan bernyanyi orang tua secara tak langsung mengajarkan melatih kepekaan berbahasa, seperti bagaimana arti dan bunyi sebuah kata. Kemampuan ini akan membatu anak ketika belajar membaca dan menulis.

7.      Rekam cerita anak dalam bentuk tertulis atau audio visual

Orang tua boleh juga melakukan inovasi dan improvisasai tentang perkembangan anak. Anak-anak biasanya tumbuh dengan cepat dan selalu penuh dengan kejutan. Dan terlalu banyak momen ucapan atau perkembangan anak yang dapat kita abadikan ke dalam bentuk rekaman di handphone atau sekedar menuliskannya kembali dalam bentuk buku harian, animasi atau slide show. Anak-anak akan melihat dan menyaksikan transformasi kata-kata lisan mereka saat bercerita menjadi kata-kata yang dirangkai dalam bentuk tulisan atau terekam dalam sebuah audio dan bahkan dapat berupa visual yang kita ciptakan. Cerita rekaman atau tulisan dan audio serta visual itu dapat dilihat atau dibaca kembali oleh anak untuk membantu kemampuan anak dalam memahami kosa kata, struktur cerita dan tata bahasa yang membantu perkembangan literasinya.

8.      Ajak anak menulis bersama

Saat anak sudah bisa lancar membaca, dapat dipastikan anak juga akan lancar menulis. Maka tepatlah waktunya untuk mengajak anak menuliskan aktivitasnya. Memulai menulis dapat dilakukan secara bersama antara orang tua dan anak. Dengan menulis, anak dapat belajar memindahkan kata-kata dan bunyi huruf yang didengar sebelumnya ke dalam simbol-simbol seperti tulisan secara mandiri. Orang tua dapat menjadi pendamping atau kolaborator, namun anak tetap diharuskan menuangkan idenya sendiri untuk melatih sejauh mana anak memahami arti dan kosa kata yang diketahuinya. Biasakan anak untuk dapat menuangkan ide dan gagasannya secara tertulis, sehingga akan menambah kemampuan literasi pada anak.

Berbagai kegiatan literasi pada anak usia dini semisal membaca, menulis dan berbicara tidak perlu menjadi hal yang membuat anak menjadi tertekan. Selalu gunakan sedikit kreatifitas orang tua, dan anak akan dapat bermain sambil belajar.

Jika anak belum bisa melakukan beberapa hal atau seringkali menolak ajakan untuk belajar bersama, orang tua janganlah cepat menyerah. Cobalah lakukan berbagai inovasi dan improvisasi untuk menciptakan tehnik dan suasana yang menyenangkan yang akan mempengaruhi suasana hati anak. Pada waktunya nanti anak akan mengerti maksud dan dukungan orang taunya untuk kebaikannya juga. Salam Literasi,

 NB : Artikel ini diterima sebagai CFP pada acara GPMB bekerjasama dengan Perpusnas pada tanggal 27 Oktober 2020 dan penulis menjadi pembicara sebagai pemateri selama tujuh (7) menit di room 1 (satu) sebagai pembicara ke 4 (empat).

 * Tulisan ini berkorelasi dengan tulisan yang berjudul Hari Anak Internasional dan Budaya Literasi

 

 

 

Rabu, 23 September 2020

Kegiatan Literasi Cegah Demensia

 

Kegiatan Literasi Cegah Demensia

Oleh : Rina Devina

Saya yakin banyakdari kita sudah pernah  mendengar kata Demensia, juga banyak dari kita yang pasti mengerti artinya. Namun saya yakin banyak dari kita yang masih menganggap sepele dan tidak mempersiapkan diri untuk mengahadapi resiko dari demendia itu sendiri. Melansir situs Alzheimer’s Indonesia, kata Demensia menggambarkan serangkaian gejala, yaitu kondisi saat kita kehilangan memori, kesulitan berpikir dan melakukan pemecahan masalah, bahkan bahasa. Demensia terjadi ketika otak mengalami kerusakan karena penyakit, seperti penyakit Alzheimer ataupun serangkaian penyakit stroke.

Penyakit Alzheimer adalah penyebab paling umum dari keluhan demensia atau pikun. selama keluhan demensia berlangsung, zat kimia dan struktur otak berubah sehingga menyebabkan kematian sel-sel otak. Dalam rangka memperingati hari Alzheimer Sedunia atau World Alzheimer Day yang jatuh pada setiap tanggal 21 September setiap tahunnya, maka tidak ada salahnya kita membahas penyakit yang berhubungan dengan fungsi otak ini dan hubungannya dengan kegitan literasi. Semoga dengan mengetahui hubungan positif ini kita semakin mengerti cara penanggulangannya sejak dini.

 Penyakit Alzheimer pertama kali ditemukan dan dijelaskan oleh seorang ahli saraf berkebangsaan Jerman, yaitu Alois Alzheimer. Yang merupakan salah satu penyakit fisik yang berkaitan dan mempengaruhi kerja dan fungsi otak. Banyak orang yang belum menyadari gejala awal penyakit Alzheimer. Penyakit ini akan cenderung makin parah seiring bertambahnya usia seseorang. Penyakit ini juga menyebabkan hilangnya intelektualitas dan kemampuan bersosialisasi yang cukup parah sehingga mempengaruhi berbagai aktifitas harian penderitanya.

Penurunan kemampuan fungsi otak ini jelas menimbulkan rasa depresi dan perubahan perilaku pada penderita, sehingga banyak penderita yang mengeluhkan gejala umum dari awal penyakit alzheimer adalah demensia, yaitu penderita mengalami gangguan masalah ingatan atau sering kita sebut sebagai kepikunan. Hal ini diungkap dalam satu studi baru yang diterbitkan dalam jurnal medis American Academy of Neurology. Dalam penelitian tersebut, peneliti mengungkap bahwa selama sakit berlangsung, zat kimia dan struktur otak mengalami perubahan sehingga menyebabkan kematian sel-sel otak.

Begitu seriusnya dampak yang dihasilkan oleh penyakit alzheimer yang mengakibatkan keluhan demensia ini, inilah yang menjadikan pemicu pentingnya peringatan Hari Alzheimer Sedunia, agar menjadi pengingat dan warning bagi kita akan bahaya penyakit Alzheimer. Peringatan hari Alzheimer sendiri telah diselenggarakan sejak tahun 1994 dengan fokus utama untuk mendukung masyarakat dalam mengenali tanda-tanda demensia sekaligus tidak melupakan orang-orang yang menderita demensia di lingkungannya masing-masing.

Bagi orang yang belum pernah melihat orang tua yang sudah mengalami demensia atau kepikunan, pasti akan memandang remeh penyakit ini. Tapi bagi yang sudah pernah melihat bahkan mengalaminya sendiri tentu akan menyadari betapa menderitanya orang yang mengalami demensia ini. Ada pepatah bijak yang berbunyi “Mencengah lebih baik daripada mengobati”, hal inilah yang mendorong saya untuk menulis tulisan ini, bahwa terdapat hubungan yang erat antara kegiatan literasi dan demensia. Walaupun banyak faktor lain yang dapat juga mencegah demensia, seperti menjaga faktor makanan dan aktifitas fisik lainnya.

Namun telah banyak dilakukan penelitian dan para ahli juga sepakat bahwa kegiatan membaca dan menulis (Literasi) yang rutin dilakukan sejak dini dapat mencegah kita dari menderita demensia. Seorang peneliti dari Henry Ford Helath System, Dr. C.Edward Coffey membuktikan bahwa dengan membaca dan menulis, seseorang akan terhindar dari penyakit demensia. Hal ini terjadi karena membaca dapat menciptakan semacam lapisan penyangga yang melindungi dan mengganti perubahan otak. Membaca terbukti menumbuhkan denrit, yaitu salah satu komponen sel saraf otak atau neuron.

Kita juga banyak melihat dan membuktikan sendiri bahwa banyak profesor dan guru besar yang sudah berusia lanjut namun masih segar ingatannya dan tidak terkena demensia karena sering dan masih berkutat dengan berbagai kegiatan literasinya, apakah itu membaca, menulis, mengajar, berdiskusi atau kegiatan lainnya. Mereka cenderung memiliki kebiasaan membaca dan menulis yang aktif, mereka terbiasa mencari referensi dan menantang otaknya untuk terus berpikir, inilah yang membedakannya dengan orang usia lanjut lainnya yang jarang menggunakan kebiasaan literasinya dalam beraktifitas sehari-hari.

Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa mereka yang aktif melakukan kegiatan literasi akan lebih baik dalam menafsirkan isyarat sosial di lingkungan mereka dan lebih dalam memahami orang lain. Kegiatan literasi secara tidak langsung adalah pelatihan otak yang dapat mengarah pada pemrosesan situasi emosional yang lebih baik. Ini sangat bermanfaat pada semua golongan usia, apakah itu anak-anak, remaja, dan orang usia lanjut. Berbagai studi juga membuktikan bahwa orang yang tumbuh dengan tingkat literasi yang tinggi cenderung mencapai pendidikan tinggi, pendapatan yang juga tinggi dan fungsi kognitif yang lebih baik dihari tuanya.

Untuk memulai pola hidup yang erat dengan literasi tentu harus dimulai sejak dini, pembiasaan adalah kata kunci utama dan pertama agar aktifitas tersebut dapat kita jalani dengan enjoy tanpa keterpaksaan. Membiasakan kebiasaan baik dan positif lebih mudah kita lakukan sebelum mencapai usia lanjut. Ada beberapa kegiatan yang dapat mulai kita biasakan dalam menjalankan aktifitas sehari-hari agar jauh dari menderita demensia sejak dini, diantaranya adalah :

1.      Rajinlah membaca setiap hari, kegiatan ini tentu harus dilakukan dengan pembiasaan, buatlah komitmen untuk selalu meluangkan waktu untuk melakukan aktivitas membaca. Tentunya membaca yang positif, karena membaca bahan bacaan yang negatif malah akan menimbulkan kerusakan otak.

2.      Mulailah rutinkan aktifitas menulis, tentu dengan menuliskan apa saja yang disukai. Boleh juga menulis apa yang tidak kita sukai, mulailah publikasikan, atau berbagi tulisan dengan orang lain melalui berbagai saluran yang ada, apakah koran online, grup whatsapp keluarga atau dapat juga menerbitkan buku solo untuk kenang-kenangan seumur hidup.

3.      Lakukan permainan asah otak lainnya, seperti menjawab teka teki silang, menyusun puzzle atau menjawab quis online yang sekarang banyak kita temuai di berbagai situs online di dunia maya atau gadget pribadi, yang gratis atau yang berbayar.

4.      Rutin lakukan olahraga ringan, karena terbukti bahwa aktifitas fisik sangat erat kaitannya dengan aktifitas otak dan mental. Orang yang aktif akan cenderung jauh dari keluhan demensia, sedangkan orang yang jarang beraktifitas fisik akan rentan terhadap serangan demensia dan stroke.

5.      Perbanyak aktivitas kreatif lainnya, tenyata beraktifitas yang kreatif dapat mengurangi emosi negatif dan meningkatkan emosi positif serta membantu menurunkan tingkat stress dan rasa cemas seseorang serta memperbaiki kondisi fisik dan mental.

6.      Lakukan aktifitas yang membuat relaksasi, juga bermanfaat dalam memperbaiki mood setelah melakukan berbagai aktifitas fisik lainnya. Relaksasi dapat dilakukan dengan cara mendengarkan musik, melakukan meditasi, berzikir, dan lain sebagainya.

7.      Tetap lakukan interaksi sosial, tentunya dalam masa pandemi ini kita hanya dapat melakukan interaksi dalam dunia maya atau secara virtual/online yang dibatasi oleh ruang aman. Hal ini tentu untuk tetap mencegah dari penularan pandemi yang semakin meluas ini. Namun secara virtual tidak mengurangi rasa gembira dan mengobati rasa kangen bertemu saudara maupun kerabat lainnya

Akhir kata, mari kita mulai pembiasaan hidup yang sehat, dengan kebiasaan yang positif seperti membiasakan kegiatan berliterasi dilingkungan kita sendiri. Mulailah dengan menyisihkan waktu untuk membangun kebiasaan gemar membaca dengan membangun perpustakaan pribadi dari rumah kita masing masing. Dapat pula dengan membangun aktiftas sosial di lingkungan kita dengan mengambil peran sebagai tokoh penggerak literasi di RT (Rukun Tetangga) atau RW (Rukun Warga), sehingga dapat mulai memupuk pembiasaan berliterasi sejak ini bagi lingkungan kita yang terdekat dan terjangkau.

September adalah bulan Alzheimer Dunia sekaligus adalah Bulan Gemar Membaca di Indonesia. Mari kita bersama lakukan kegiatan sosialisasi dan advokasi serta penyebaran informasi, salah satunya dengan berkegiatan dan menggalakkan literasi di lingkungan kita yang terdekat. Berbagai kegiatan dapat kita lakukan mulai dari penyebaran informasi yang bermanfaat, menampilkan aktifitas para lansia di lingkungan kita yang berkaitan dengan literasi dan penggalangan dana dalam membangun pusat lierasi di lingkungan kita, ayo mulailah berliterasi dan cegah demensi sejak dini, tentunya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan ketika beraktifitas di luar rumah. Salam Literasi.

 

 

 

Belum Membaca Berarti Belum Merdeka

 

RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA — Bulan Agustus baru saja berlalu, namun membicarakan kemerdekaan bukan hanya harus di bulan Agustus saja, apalagi memasuki bulan September ini, kita akan memasuki bulan Gemar Membaca, maka tak ada salahnya saya menulis unek-unek yang mungkin bisa menjadi sebuah renungan bagi kita semua.

Sebagai seorang pustakawan otomatis adalah soerang penggerak literasi, dan literasi adalah awal dari gerakan kemerdekaan itu sendiri.

Tanpa gerakan literasi rasanya mustahil kita dapat merasakan alam kemerdekaan seperti yang sekarang kita nikmati.

Sudah selayaknya kita harus berpikir dan menyadari bahwa kemerdekaan yang telah diproklamirkan 75 tahun yang lalu bukanlah akhir dari perjuangan, namun adalah awal dari perjuangan kita semua untuk mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang akan mengangkat harkat dan derajat bangsa ini di hadapan dunia Internasional.

Telah banyak cara yang ditempuh oleh pemimpin bangsa ini untuk mengisi dan memajukan bangsa ini agar lebih dihargai dan dapat bersanding dengan sejajar di antara negara-negara maju lainnya di dunia, namun kenyataannya masyarakat kita sendiri masih enggan untuk terus berbenah dan mengubah image negatif yang sampai sekarang masih melekat kuat di diri bangsa ini.

Image bangsa ini yang dulunya dianggap primitif dan bodoh akan terus melekat apabila kita tidak terus berusaha dan merawat makna kemerdekaan itu sendiri.

Kemerdekaan yang telah kita nikmati saat ini bukan saja harus kita syukuri, namun juga harus kita rawat dan isi dengan terus melakukan berbagai aktivitas dan terobosan di segala bidang, apalagi bidang yang memang saat ini sedang digalakkan untuk terus ditingkatkan, yaitu gerakan literasi.

Gerakan literasi adalah gerakan inti dalam membangun bangsa ini di segala bidang, tak ada satupun pembangunan yang dapat bergerak dan maju tanpa dibarengi dengan gerakan literasi yang mumpuni.

Bila kita mundur kebelakang dan membaca sejarah, kita pasti tahu bahwa founding father bangsa ini adalah tokoh-tokoh yang sangat gemar membaca. Para pemuda penggagas dan penukung pergerakan kemerdekaan juga adalah para pemuda yang terpelajar yang tinggi tingkat literasinya pada zamannya.

Maka fakta bahwa literasi adalah bahan baku pergerakan dan modal awal untuk mengisi kemerdekaan adalah tidak dapat disangkal lagi. Namun mirisnya adalah bahwa kenyataannya, saat ini tingkat literasi Indonesia masih rendah, bahkan untuk kawasan Asia, Indonesia masih berada di bawah negara tetangga, Malaysia yang merdeka jauh setelah bangsa ini merdeka.

UNESCO pada tahun 2012 pernah merilis bahwa indeks baca masyarakat Indonesia hanya 0.001 (%), yang berarti bahwa diantara 1000 orang, yang benar-benar membaca buku hanya satu orang saja.

Bahkan ada semacam riset yang menyebutkan bahwa anak-anak Indonesia hanya mampu membaca 27 halaman dalam setahun, tentu ini adalah fenomena yang sangat mengerikan dan akan sangat mengkhawatirkan. Karena apa yang kita lakukan saat ini adalah cerminan untuk masa yang akan datang. Apa kabar bangsa ini dengan bonus demografinya kalau tidak kita benahi mulai saat ini juga?

Melansir situs katadata.co, Kementerian Pendidikan dan Budaya (Kemendikbud) RI telah pula menyusun Indeks Aktivitas Literasi Membaca (Alibaca). Kegiatan Alibaca ini meliputi beberapa faktor, yaitu Kecakapan, Akses, Alternatif, dan Budaya. Kategori Indeks Alibaca terbagi atas lima kategori, yakni sangat rendah (0-20,00), rendah (20,01-40,00), sedang (40,01-60,00), tinggi (60,01-80,00), dan sangat tinggi (80,01-100). Dan rata-rata indeks Alibaca nasional berada di titik 37,32%, yang artinya “tergolong rendah”. Data ini semakin menegaskan bahwa bangsa ini harus bergegas mengejar ketertinggalan dengan negara lain dari sisi literasinya.

Melihat kenyataan ini, sudah selayaknya kita saling bahu membahu dan bekerjasama dalam mendukung dan mengembangkan minat baca dan aktivitas literasi lainnya. Kita sebagai warga negara yang cinta pada bangsa ini dan berharap tidak akan ada penjajahan model baru untuk bangsa ini pasti akan segera berupaya dan berusaha untuk membuat perubahan sekecil apapun.

Perubahan ini dapat bermula dari diri sendiri untuk bertekad menumbuhkan minat dan kebiasaan gemar membaca dan menulis, menanamkan semangat kemerdekaan dengan menggunakan produk dalam negeri dan berbagai upaya lainnya yang menumbuhkan dampak yang positif bagi kemajuan bangsa kedepannya.

Padahal bangsa ini dibangun oleh generasi yang cinta baca, Bung Karno dan Bung Hatta adalah dua sosok yang sangat mencintai buku. Kita masih bisa mengingat kata-kata mutiara dari seorang Bung Hatta yang berkata “Aku rela dipenjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas”.

Kita juga masih dapat melacak minat baca Bung Karno yang sangat tinggi dari buku karya Cindy Adams yang menceritakan tentang biografi Bung Karno yang sangat gila baca, sehingga diruangan manapun didalam rumahnya terdapat buku-buku untuk dibaca tak terkecuali didalam toilet rumahnya.

Sungguh paradoks, apabila dizaman sekarang, di mana informasi dan kemudahan mendapatkan akses informasi belum dapat membuat kita untuk mau menambah pengetahuan, utamanya pengetahuan yang berkaitan dengan upaya peningkatan budaya literasi dan gemar membaca.

Kita wajib bercermin pada peradaban bangsa Arab di Mekkah, yang semula dianggap primitif dan sangat tidak berpendidikan bisa berkembang bahkan menjadi cikal bakal berdirinya peradaban Islam yang besar hanya berawal dari perintah Allah, yaitu wahyu pertama Al-Quran, ‘Iqra’. Perintah membaca dalam kitab suci kaum Muslim inilah yang telah menjadikan Mekkah sekarang menjadi salah satu negara yang paling maju di dunia.

Ray Douglas Bradbury, seorang sastrawan berkebangsaan Amerika Serikat pernah berujar “Tidak perlu membakar buku untuk menghancurkan sebuah bangsa, bikin saja orang-orangnya berhenti membaca”.

Ini adalah teguran keras untuk bangsa ini, bangsa yang tingkat literasinya sangat rendah, hanya setingkat lebih tinggi dari Botswana, negara di ujung benua Afrika. Mari baca kembali sejarah bangsa, pelajari strategi perjuangan merebut kemerdekaan dan mulailah berjuang mengembangkan potensi diri yang ada.

Ajak anggota keluarga lainnya untuk mencintai aktivitas literasi dan tanamkan dalam diri untuk terus berjuang melalui tulisan dan prestasi yang positif untuk kemajuan diri, lingkungan dan bangsa.

Kini, di usiaa 75 tahun kemerdekaan, mari kita niatkan dalam diri untuk mengisi kemerdekaan ini dengan mulai membiasakan aktivitas gemar membaca.

Generasi sekarang ini adalah generasi yang melimpah dengan sumber daya informasi dan teknologi, mari kita isi kemerdekaan ini dengan meningkatkan interaksi dan budaya literasi.

Ayo kaum muda, para Milenial harapan bangsa, ayo Ibu, srikandi dalam rumah tangga, dan Ayo Bapak, pahlawan dalam rumah tangga, mari kita bersama dan bergotong royong membumikan gerakan literasi di bulan Gemar Membaca, September. Karena belum membaca berarti belum merdeka. Salam Literasi.[]

*Pustakawati