Kegiatan Literasi Cegah
Demensia
Oleh : Rina Devina
Saya yakin banyakdari kita sudah pernah mendengar kata Demensia, juga banyak dari kita
yang pasti mengerti artinya. Namun saya yakin banyak dari kita yang masih menganggap
sepele dan tidak mempersiapkan diri untuk mengahadapi resiko dari demendia itu
sendiri. Melansir situs Alzheimer’s Indonesia, kata Demensia menggambarkan
serangkaian gejala, yaitu kondisi saat kita kehilangan memori, kesulitan
berpikir dan melakukan pemecahan masalah, bahkan bahasa. Demensia terjadi
ketika otak mengalami kerusakan karena penyakit, seperti penyakit Alzheimer
ataupun serangkaian penyakit stroke.
Penyakit Alzheimer adalah penyebab paling umum dari keluhan
demensia atau pikun. selama keluhan demensia berlangsung, zat kimia dan
struktur otak berubah sehingga menyebabkan kematian sel-sel otak. Dalam rangka
memperingati hari Alzheimer Sedunia atau World Alzheimer Day yang jatuh pada setiap
tanggal 21 September setiap tahunnya, maka tidak ada salahnya kita membahas
penyakit yang berhubungan dengan fungsi otak ini dan hubungannya dengan kegitan
literasi. Semoga dengan mengetahui hubungan positif ini kita semakin mengerti
cara penanggulangannya sejak dini.
Penyakit Alzheimer
pertama kali ditemukan dan dijelaskan oleh seorang ahli saraf berkebangsaan
Jerman, yaitu Alois Alzheimer. Yang merupakan salah satu penyakit fisik yang
berkaitan dan mempengaruhi kerja dan fungsi otak. Banyak orang yang belum menyadari
gejala awal penyakit Alzheimer. Penyakit ini akan cenderung makin parah seiring
bertambahnya usia seseorang. Penyakit ini juga menyebabkan hilangnya
intelektualitas dan kemampuan bersosialisasi yang cukup parah sehingga
mempengaruhi berbagai aktifitas harian penderitanya.
Penurunan kemampuan fungsi otak ini jelas menimbulkan rasa
depresi dan perubahan perilaku pada penderita, sehingga banyak penderita yang
mengeluhkan gejala umum dari awal penyakit alzheimer adalah demensia, yaitu penderita
mengalami gangguan masalah ingatan atau sering kita sebut sebagai kepikunan.
Hal ini diungkap dalam satu studi baru yang diterbitkan dalam jurnal medis
American Academy of Neurology. Dalam penelitian tersebut, peneliti mengungkap
bahwa selama sakit berlangsung, zat kimia dan struktur otak mengalami perubahan
sehingga menyebabkan kematian sel-sel otak.
Begitu seriusnya dampak yang dihasilkan oleh penyakit
alzheimer yang mengakibatkan keluhan demensia ini, inilah yang menjadikan pemicu
pentingnya peringatan Hari Alzheimer Sedunia, agar menjadi pengingat dan warning bagi kita akan bahaya penyakit
Alzheimer. Peringatan hari Alzheimer sendiri telah diselenggarakan sejak tahun
1994 dengan fokus utama untuk mendukung masyarakat dalam mengenali tanda-tanda
demensia sekaligus tidak melupakan orang-orang yang menderita demensia di
lingkungannya masing-masing.
Bagi orang yang belum pernah melihat orang tua yang sudah
mengalami demensia atau kepikunan, pasti akan memandang remeh penyakit ini. Tapi
bagi yang sudah pernah melihat bahkan mengalaminya sendiri tentu akan menyadari
betapa menderitanya orang yang mengalami demensia ini. Ada pepatah bijak yang
berbunyi “Mencengah lebih baik daripada mengobati”, hal inilah yang mendorong
saya untuk menulis tulisan ini, bahwa terdapat hubungan yang erat antara
kegiatan literasi dan demensia. Walaupun banyak faktor lain yang dapat juga
mencegah demensia, seperti menjaga faktor makanan dan aktifitas fisik lainnya.
Namun telah banyak dilakukan penelitian dan para ahli juga
sepakat bahwa kegiatan membaca dan menulis (Literasi) yang rutin dilakukan
sejak dini dapat mencegah kita dari menderita demensia. Seorang peneliti dari Henry
Ford Helath System, Dr. C.Edward Coffey membuktikan bahwa dengan membaca dan
menulis, seseorang akan terhindar dari penyakit demensia. Hal ini terjadi
karena membaca dapat menciptakan semacam lapisan penyangga yang melindungi dan
mengganti perubahan otak. Membaca terbukti menumbuhkan denrit, yaitu salah satu
komponen sel saraf otak atau neuron.
Kita juga banyak melihat dan membuktikan sendiri bahwa
banyak profesor dan guru besar yang sudah berusia lanjut namun masih segar
ingatannya dan tidak terkena demensia karena sering dan masih berkutat dengan
berbagai kegiatan literasinya, apakah itu membaca, menulis, mengajar,
berdiskusi atau kegiatan lainnya. Mereka cenderung memiliki kebiasaan membaca
dan menulis yang aktif, mereka terbiasa mencari referensi dan menantang otaknya
untuk terus berpikir, inilah yang membedakannya dengan orang usia lanjut
lainnya yang jarang menggunakan kebiasaan literasinya dalam beraktifitas
sehari-hari.
Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa mereka yang
aktif melakukan kegiatan literasi akan lebih baik dalam menafsirkan isyarat
sosial di lingkungan mereka dan lebih dalam memahami orang lain. Kegiatan
literasi secara tidak langsung adalah pelatihan otak yang dapat mengarah pada
pemrosesan situasi emosional yang lebih baik. Ini sangat bermanfaat pada semua
golongan usia, apakah itu anak-anak, remaja, dan orang usia lanjut. Berbagai
studi juga membuktikan bahwa orang yang tumbuh dengan tingkat literasi yang
tinggi cenderung mencapai pendidikan tinggi, pendapatan yang juga tinggi dan
fungsi kognitif yang lebih baik dihari tuanya.
Untuk memulai pola hidup yang erat dengan literasi tentu
harus dimulai sejak dini, pembiasaan adalah kata kunci utama dan pertama agar
aktifitas tersebut dapat kita jalani dengan enjoy
tanpa keterpaksaan. Membiasakan kebiasaan baik dan positif lebih mudah kita
lakukan sebelum mencapai usia lanjut. Ada beberapa kegiatan yang dapat mulai
kita biasakan dalam menjalankan aktifitas sehari-hari agar jauh dari menderita
demensia sejak dini, diantaranya adalah :
1.
Rajinlah
membaca setiap hari, kegiatan ini tentu harus dilakukan dengan pembiasaan,
buatlah komitmen untuk selalu meluangkan waktu untuk melakukan aktivitas membaca.
Tentunya membaca yang positif, karena membaca bahan bacaan yang negatif malah
akan menimbulkan kerusakan otak.
2.
Mulailah
rutinkan aktifitas menulis, tentu dengan menuliskan apa saja yang disukai.
Boleh juga menulis apa yang tidak kita sukai, mulailah publikasikan, atau
berbagi tulisan dengan orang lain melalui berbagai saluran yang ada, apakah
koran online, grup whatsapp keluarga atau dapat juga menerbitkan buku solo
untuk kenang-kenangan seumur hidup.
3.
Lakukan
permainan asah otak lainnya, seperti menjawab teka teki silang, menyusun puzzle
atau menjawab quis online yang sekarang banyak kita temuai di berbagai situs
online di dunia maya atau gadget pribadi, yang gratis atau yang berbayar.
4.
Rutin
lakukan olahraga ringan, karena terbukti bahwa aktifitas fisik sangat erat
kaitannya dengan aktifitas otak dan mental. Orang yang aktif akan cenderung
jauh dari keluhan demensia, sedangkan orang yang jarang beraktifitas fisik akan
rentan terhadap serangan demensia dan stroke.
5.
Perbanyak
aktivitas kreatif lainnya, tenyata beraktifitas yang kreatif dapat mengurangi
emosi negatif dan meningkatkan emosi positif serta membantu menurunkan tingkat
stress dan rasa cemas seseorang serta memperbaiki kondisi fisik dan mental.
6.
Lakukan
aktifitas yang membuat relaksasi, juga bermanfaat dalam memperbaiki mood
setelah melakukan berbagai aktifitas fisik lainnya. Relaksasi dapat dilakukan dengan
cara mendengarkan musik, melakukan meditasi, berzikir, dan lain sebagainya.
7.
Tetap
lakukan interaksi sosial, tentunya dalam masa pandemi ini kita hanya dapat
melakukan interaksi dalam dunia maya atau secara virtual/online yang dibatasi
oleh ruang aman. Hal ini tentu untuk tetap mencegah dari penularan pandemi yang
semakin meluas ini. Namun secara virtual tidak mengurangi rasa gembira dan
mengobati rasa kangen bertemu saudara maupun kerabat lainnya
Akhir kata, mari kita mulai pembiasaan hidup yang sehat,
dengan kebiasaan yang positif seperti membiasakan kegiatan berliterasi dilingkungan
kita sendiri. Mulailah dengan menyisihkan waktu untuk membangun kebiasaan gemar
membaca dengan membangun perpustakaan pribadi dari rumah kita masing masing.
Dapat pula dengan membangun aktiftas sosial di lingkungan kita dengan mengambil
peran sebagai tokoh penggerak literasi di RT (Rukun Tetangga) atau RW (Rukun
Warga), sehingga dapat mulai memupuk pembiasaan berliterasi sejak ini bagi
lingkungan kita yang terdekat dan terjangkau.
September adalah bulan Alzheimer Dunia sekaligus adalah Bulan
Gemar Membaca di Indonesia. Mari kita bersama lakukan kegiatan sosialisasi dan
advokasi serta penyebaran informasi, salah satunya dengan berkegiatan dan
menggalakkan literasi di lingkungan kita yang terdekat. Berbagai kegiatan dapat
kita lakukan mulai dari penyebaran informasi yang bermanfaat, menampilkan
aktifitas para lansia di lingkungan kita yang berkaitan dengan literasi dan
penggalangan dana dalam membangun pusat lierasi di lingkungan kita, ayo mulailah
berliterasi dan cegah demensi sejak dini, tentunya dengan tetap menerapkan
protokol kesehatan ketika beraktifitas di luar rumah. Salam Literasi.
test
BalasHapusIzin promo ya Admin^^
BalasHapusbosan tidak ada yang mau di kerjakan, mau di rumah saja suntuk,
mau keluar tidak tahu mesti kemana, dari pada bingung
mari bergabung dengan kami di ionqq^^com, permainan yang menarik dan menguras emosi
ayo ditunggu apa lagi.. segera bergabung ya dengan kami...
add Whatshapp : +85515373217 ^_~ :))