Saya yakin, banyak dari kita yang sudah mendengar kata
‘Literasi’. Dan tidak sedikit juga yang menganggap bahwa arti kata literasi
hanya sebagai kemampuan membaca saja. Padahal pengertian dan kemampuan literasi
menjangkau hal yang lebih luas lagi. Lalu pertanyaanya, literasi itu sebenanya
memiliki arti apa sih?
Literasi dalam bahasa Indonesia berarti keberaksaraan,
yaitu kemampuan membaca dan menulis. Terdapat beberapa pengertian literasi yang
dapat kita jadikan rujukan dalam mengartikan kata literasi, diantaranya adalah
:
1.
Pengertian
literasi menurut National Institute for Literacy (NIFL), yang mendeskripsikan
bahwa literasi adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk membaca,
menulis, berbicara, berhitung dan memecahkan masalah pada suatu tingkat
keahlian yang diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan, keluarga dan
masyarakatnya.
2.
Menurut
Educational Development Center (EDC), Literasi
adalah lebih dari sekedar kemampuan baca dan tulis saja. Literasi adalah
kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan keterampilan (skills)
yang dimiliki dalam hidup seseorang. Dengan pemahaman bahwa literasi mencakup
kemampuan membaca kata dan membaca ‘dunia’.
3.
Literasi
menurut Kemendikbud (2016:2), adalah kemampuan mengakses, memahami, dan
menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain
membaca, melihat, menyimak, menulis, dan berbicara.
Dari berbagai uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa
secara umum, literasi mengandung arti seperangkat keterampilan nyata, khususnya
keterampilan kognitif membaca dan menulis, yang terlepas dari konteks dimana
keterampilan itu diperoleh dan dari siapa memperolehnya.
Akhir-akhir ini, upaya peningkatan sadar literasi dan
gerakan literasi sedang gencar-gencarnya dilakukan oleh berbagai pihak, baik
individu, institusi, praktisi dan akademisi. Semua merasa wajib terlibat untuk
membangun budaya literasi demi mencetak individu yang tidak hanya cerdas dalam
bidang akademik saja, namun juga mampu memiliki pola pikir kritis dan logis.
Tentu saja, untuk mencetak generasi unggul dan maju
seperti itu bukan hanya peran guru disekolah, namun prakteknya juga harus
diterapkan dalam kehidupan keseharian termasuk dirumah dan lingkungan
masyarakat. Hal inilah yang akan mendorong peran orang tua menjadi kunci
keberhasilan dalam menanamkan pendidikan dan kebiasaan literasi pada anak-anak
mereka mulai dari usia dini.
Meningkatkan kemampuan literasi pada anak usia ini tidak
saja membantu dalam meningkatkan kemampuannya dalam membaca dan menulis, namun
juga untuk membantu mengenalkan kata, bahasa, mengenali dan memahami berbagai
ide atau informasi yang disampaikan baik dari buku, suara, video, dan sumber
informasi lainnya.
Mengembangkan kemampuan literasi pada anak sejak usia
dini dapat menjadi modal yang baik bagi perkembangan seorang anak, apalagi
dalam mengahadapi tantangan dimasa depannya. Kemampuan literasi yang baik akan
membantu anak dalam berbagai aktivitasnya seperti ketika membaca, menulis,
berhitung, mengembangkan kemandirian, menigkatkan prestasi akademik,
mempersiapkan diri memasuki dunia sekolah hingga mengembangkan kemampuan
komunikasi dan sosialisasi dengan orang lain maupun lingkungan sekitar
Kemampuan literasi yang baik pada seorang anak akan dapat
membantunya mengembangkan kemampuan berpikir secara kritis dan logis dalam
mengahadapi berbagai macam situasi. Sehingga membuat seorang anak semakin
tinggi kemampuannya dalam menerima dan mengolah informasi dan menyimpulkan
masalah serta memecahkan persoalan, juga membantu menyikapi informasi yang
diterima secara bijaksana.
Untuk mulai membantu membiasakan dan mengoptimalkan
kemampuan literasi anak usia dini, ada beberapa tips yang dapat dilakukan,
diantaranya adalah :
1.
Bangun
komunikasi dengan anak sejak dini
Membangun komunikasi dengan anak sejak dini sangatlah
penting, karena dapat membantu anak dalam mengembangkan kosa kata, kemampuan
bahasa, kemampuan menyampaikan ide, dan membantu menstimulasi perkembangan
otaknya. Selalu ajak anak untuk berkomunikasi atau mengobrol/berbicara tentang
apa saja, walaupun kelihatannya hal-hal yang sederhana seperti, “kita
menggambar yuk?”, “Adek, lihat langitnya mendung, mungkin akan turun hujan
nanti” atau “kira-kira kalau sudah besar adek ingin jadi apa ya?” Bagaimana
cara mencapai cita-cita adek itu?”. Bekomunikasi dari hati ke hati atau sharing
dapat dilakukan dengan berbagi cerita tentang kegiatan dan apa yang mereka
rasakan, yang mereka lihat, mereka baca atau mereka dengar seperti “ kakak tadi
kegiatannya apa saja selama disekolah?” atau “gimana perasaan kakak setelah
liburan ke rumah nenek?” para orang tua dapat membantu anak dengan memberikan
kata-kata yang dapat membantu anak mengeluarkan atau menjelaskan perasaan atau
emosi yang dirasakannya. Hal ini sangat membantu anak dalam memahami dan
mengenal emosi yang dirasakan oleh anak mereka sendiri ataupun oleh orang lain.
2.
Biasakan
kegiatan mendongeng
Jangan pernah sepelekan kegiatan mendongeng. Dengan mendongeng
untuk anak secara rutin, terbukti membantu anak untuk mendengar dan mengetahui
berbagai kosa kata baru yang mungkin dan kadang belum pernah diketahuinya
sebelumnya. Mulailah luangkan waktu orang tua sekitar 10-15 menit menjelang
tidur untuk mendongeng atau kapan saja waktu yang disepakati oleh anak dan
orang tua. Ceritkan dongeng dengan bersuara, melakukan beberapa gerakan dan
kontak mata serta gunakan mimik wajah dan suara yang lebih ekspresif. Hal ini
akan membatu anak dalam mengenal bunyi, kata, suara dan nada bahasa yang orang tua
ucapkan.
3.
Bermain
peran storyteller secara bergantian
Orang tua dapat mengajak anak-anak bermain peran sebagai
storyteller secara bergantian. Orang tua dapat mulai menjadi storyteller dan
anak sebagai pendengarnya. Gunakan cerita yang mengandung kosa kata baru yang
mungkin anak belum pernah mendengarnya. Penggunaan kata-kata sederhana juga
boleh digunakan, semisal kata-kata perumpamaan, nama-nama bunga, hewan atau
nama benda-benda yang ada di sekitar dan lingkungan terdekat anak. Bila anak
sudah cukup besar, dorong anak agar bergantian menjadi pendongeng dan orang tua
menjadi pendengarnya. Jangan lupa untuk memberikan pertanyaan prediksi atau
pancingan saat sedang bercerita agar konsentrasi anak tetap terjaga. Pertanyaan
prediksi atau pancingan ini akan membantu anak menjadi kreatif dan melatih
kemampuan bicara, kosentrasi dan mengenali sejauh mana anak memahami situasi
dan alur cerita.
4.
Ajak
anak melakukan tugas secara bersama-sama
Kalau orang tua jeli, banyak cara untuk melatih kemampuan
literasi anak dalam berbagai bidang. Salah satunya adalah dengan cara
melibatkan anak dengan aktivitas orang tuanya, seperti berbelanja ke pasar.
Saat orang tua mengajak anak terlibat langsung untuk ikut berbelanja ke pasar,
anak akan secara tidak langsung melatih kemampuan literasi berhitungnya.
Pelibatan anak dalam aktivitas ini dapat dimulai dengan menyuruh anak untuk
menuliskan list atau daftar nama barang yang akan di beli di pasar. Sesampainya
di pasar, biarkan anak ikut menyentuh dan memilih barang atau benda yang ada di
sekitarnya, seperti menyentuh buah atau sayur yang unik menurutnya. Orang tua
juga dapat mengajukan pertanyaan seputar sayur atau buah bahkan benda lain yang
diamati, disentuh dan/atau dilihat oleh anak. Dengan mengajukan pertanyaan sederhana
seperti “kenapa ada buah yang memiliki rasa yang manis dan ada yang memiliki
rasa yang asam?’akan memancing anak untuk menggunakan logikanya dan meyusun
kosa katanya.
5.
Seringlah
ajukan pertanyaan pancingan
Sering kali kita sebagai orang tua terlalu mendikte anak,
bahkan dalam hal bertanya kepada anak. Kita sebagai oarng tua sering bertanya
kepada anak yang hanya membutuhkan jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’. Padahal cara ini
akan membuat anak menjadi tertutup dan kurang terbuka serta tidak menjadi
kreatif ketika menjawab pertanyaan kita. Mulailah gunakan pertanyaan yang akan
membantu anak dalam mengembangkan kemampuan bahasa anak. Gunakan pertanyaan
yang mengharuskan anak menggunakan percakapan ketika akan menjawab pertanyaan
atau pembiacaraan. Orang tua dapat bertanya seperti “Mainan kamu sebaiknya
disimpan dimana ya? Setelah anak menjawab, ajukan pertanyaan lainnya yang
memancing anak menjelaskan alasannya mengapa memberikan jawaban tersebut. Anak juga
pasti akan terbiasa bertanya bila memang belum tahu apa yang akan dilakukannya.
6.
Ajak
anak menikmati musik dan bernyanyi
Salah satu stimulus yang dapat meningkatkan kecerdasan
emosional adalah dengan mendengarkan musik dan lagu serta bernyanyi. Kegiatan
yang satu ini juga dapat membantu anak dalam mendengar berbagai kata, nada atau
suara yang berbeda. Saat anak bernyanyi, mereka akan melafalkan dan menghapal
kata-kata baru. Ini akan melatih anak membedakan suara dalam pengucapan serta
meningkatkan kemampuan berpikir mereka. Dengan bernyanyi orang tua secara tak
langsung mengajarkan melatih kepekaan berbahasa, seperti bagaimana arti dan
bunyi sebuah kata. Kemampuan ini akan membatu anak ketika belajar membaca dan
menulis.
7.
Rekam
cerita anak dalam bentuk tertulis atau audio visual
Orang tua boleh juga melakukan inovasi dan improvisasai
tentang perkembangan anak. Anak-anak biasanya tumbuh dengan cepat dan selalu
penuh dengan kejutan. Dan terlalu banyak momen ucapan atau perkembangan anak
yang dapat kita abadikan ke dalam bentuk rekaman di handphone atau sekedar
menuliskannya kembali dalam bentuk buku harian, animasi atau slide show. Anak-anak
akan melihat dan menyaksikan transformasi kata-kata lisan mereka saat bercerita
menjadi kata-kata yang dirangkai dalam bentuk tulisan atau terekam dalam sebuah
audio dan bahkan dapat berupa visual yang kita ciptakan. Cerita rekaman atau
tulisan dan audio serta visual itu dapat dilihat atau dibaca kembali oleh anak
untuk membantu kemampuan anak dalam memahami kosa kata, struktur cerita dan
tata bahasa yang membantu perkembangan literasinya.
8.
Ajak
anak menulis bersama
Saat anak sudah bisa lancar membaca, dapat dipastikan
anak juga akan lancar menulis. Maka tepatlah waktunya untuk mengajak anak
menuliskan aktivitasnya. Memulai menulis dapat dilakukan secara bersama antara
orang tua dan anak. Dengan menulis, anak dapat belajar memindahkan kata-kata
dan bunyi huruf yang didengar sebelumnya ke dalam simbol-simbol seperti tulisan
secara mandiri. Orang tua dapat menjadi pendamping atau kolaborator, namun anak
tetap diharuskan menuangkan idenya sendiri untuk melatih sejauh mana anak
memahami arti dan kosa kata yang diketahuinya. Biasakan anak untuk dapat
menuangkan ide dan gagasannya secara tertulis, sehingga akan menambah kemampuan
literasi pada anak.
Berbagai kegiatan literasi pada anak usia dini semisal
membaca, menulis dan berbicara tidak perlu menjadi hal yang membuat anak
menjadi tertekan. Selalu gunakan sedikit kreatifitas orang tua, dan anak akan
dapat bermain sambil belajar.
Jika anak belum bisa melakukan beberapa hal atau seringkali
menolak ajakan untuk belajar bersama, orang tua janganlah cepat menyerah.
Cobalah lakukan berbagai inovasi dan improvisasi untuk menciptakan tehnik dan
suasana yang menyenangkan yang akan mempengaruhi suasana hati anak. Pada
waktunya nanti anak akan mengerti maksud dan dukungan orang taunya untuk
kebaikannya juga. Salam Literasi,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar