Mengembalikan Kejayaan Islam lewat
Perpustakaan Islam
Tak
terasa kita telah memasuki hari ke 4 di bulan Syawal, bulan kemenangan setelah
umat muslim sedunia menunaikan puasa sebulan penuh dalam bulan Ramadhan yang
baru saja berlalu. Rasa haru menyambut kemenangan yang biasanya kita nikmati
dengan penuh kemeriahan tahun ini benar-benar berbeda. Ya, semua sudah bisa
menebak, semua ini adalah imbas dari menyebarnya wabah COVID-19, yang
menyebabkan kita semua harus menjalani hari dan aktifitas dalam gerak yang serba
terbatas.
Mau
tak mau kita harus menerima kondisi saat ini, yang dapat kita lakukan adalah selalu
muhasabah diri dan menciptakan upaya maksimal agar dapat melewati dan mengatasi
permasalahan dengan sikap yang bijak dan legowo. Jangan pernah untuk menyalahkan
takdir Allah, sebaliknya mari kembali kepada Allah melalui kitab sucinya dan
belajar dari masa lalu, bagaimana para pendahulu kita mengatasi berbagai
masalah pada zamannya.
Ya,
belajar dari masal lalu adalah cermin untuk menata langkah ke depan agar lebih
selamat dunia akhirat. Seperti yang kita ketahui, sejenis wabah juga pernah
menyerang pada masa Kekhalifahan Umar bin Khattab, namun umat Islam mampu
melewatinya dengan selamat karena mengikuti instruksi pemimpinnya. Yang kita
perlukan sekarang adalah mengikuti berbagai protokoler kesehatan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.
Kalau
kita runut ke belakang, sungguh Pemerintahan Islam adalah model pemerintahan
yang terbaik sepanjang zaman. Untuk itu, sangat wajib agar kiranya dapat di
tiru dan di contoh. Model Pemerintahan Islam terbukti mampu mengatasi berbagai
persoalan hidup pada masanya. Namun sebelum kita mengadopsi model Pemerintahan
Islam, tak ada salahnya untuk kembali melihat awal dari sejarah kebangkitan
Islam, yaitu dengan cara melihat dan mencontoh kejayaan Peradaban Islam.
Peradaban
Islam yang jaya terbukti adalah akumulasi dari keberadaan para cendekiawan
Islam yang bermuara dari keberadaan Perpustakaan Islam. Perpustakaan Islam
tumbuh dari penghargaan terhadap ilmu pengetahuan dan berkembang menjadi sebuah
kebanggaan ummat.
Ada
4 periode besar pertumbuhan dan perkembangan Perpustakaan Islam pada masa lalu,
diantaranya adalah:
1. Masa
Nabi Muhammad SAW dan para sahabat adalah periode pembentukan
2. Masa
Kekhalifahan Bani Umayyah adalah periode pertumbuhan
3. Masa
Kekhalifahan Bani Abbasiyyah adalah periode Perkembangan, dan
4. Pasca
Abbasiyah I adalah periode kemunduran
Jadi
dapat disimpulkan bahwa perkembangan perpustakaan sangat identik dan sejajar
dengan fase perkembangan ilmu pengetahuan Islam yang terjadi pada era 661-750 M
(Kekhalifahan Bani Umayyah) dan pada era 750-1250 M (Kekhalifahan Bani
Abbasiyah I).
Khalifah
Harun al-Rasyid (786-830 M) mendirikan Khizaah
al-Hikmah, yang kemudian hari oleh putranya al-Makmun dikembangkan menjadi bayt
al-Hikmah. Pada masa ini dunia mengenalnya sebagai The Golden Age of Islam, yang ditandai dengan berdirinya berbagai
perpustakaan di hampir seluruh kota yang mayoritas di huni oleh penduduk yang
beragama Islam, baik kota besar maupun kota kecil.
Perpustakaan
Islam sebagai pusat belajar mengajar masyarakat adalah keniscayaan. Jadi
jelaslah bahwa Perpustakaan Islam dapat menjadi pusat produksi dan inovasi
budaya pengetahuan Islam melalui berbagai implementasi tradisi pengetahuan
seperti menjadi pusat kajian dan penelitian. Hal ini sangat relevan apabila dihubungkan
dengan keberadaan umat muslimin saat ini yang banyak memiliki akses ke
perpustakaan, namun mengapa sulit untuk membangkitkan Ghiroh kebangkitan umat
Islam?
Pakar
Informasi Islam, Prof Ziauddin Sardar
pernah berkata bahwa “Ummat Islam selalu bangga (membangga-banggakan) masa
lalunya, tetapi kini dan masa depannya sudah diambil orang lain”, lalu
pertanyaanya adalah “Apa yang dapat kita perbuat hari ini, dan untuk generasi di
masa mendatang?” Jawabannya adalah kembali kepada firman suci Allah yang
pertama kali muncul, yaitu perintah untuk “Iqra”.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Ia mengajarkan
manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS. 96: 1-5).
Ayat
diatas dikenal dengan sebutan Falsafah
Iqra. Hal ini mengambarkan betapa pentingnya membaca yang dapat kita
lakukan sebagai rutinitas dalam kehidupan sehari-hari.
Ada
tiga poin penting yang dapat disimpulkan, yaitu:
1.
Perpustakaan Islam menunjukkan
hubungan yang unik dan saling terkait antara Islam dan pengetahuan serta tradisi kepustakawanan.
2.
Islam terbukti memberi inspirasi
dan spirit dalam membangun kebudayaan
perpustakaan dan tradisi kepustakawanan.
3. Perpustakaan
Islam menjadi dasar dan pondasi utama dalam peradaban melalui keberpihakannya
terhadap ilmu pengetahuan dan kemanusiaan.
Jadi
sudah selayaknya bagi kita umat Muslim diseluruh dunia untuk kembali kepada
perpustakaan dan mulai menggali berbagai ilmu pengetahuan yang ada di
perpustakaan, tak lupa juga kita harus terlebih dahulu kembali kepada perintah
Allah dan Rasulnya yang mulia, Muhammad SAW.
Dalam
sebuah hadis shohih dikatakan bahwa Rasul Muhammad SAW, pernah bersabda bahwa :
“Aku tinggalkan dua hal untuk kalian, selama berpegang teguh dengannya, maka
kalian akan selamat dunia dan akhirat, yaitu ALQURAN dan ALHADISTS”.
Salam Literasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar