Bidan dan Literasi Kesehatan
Perempuan
Oleh : Rina Devina
Salam
sehat sobat literasi. Apa kabar hari ini? Masih tetap sehat kan? Adakah
diantara sobat literasi yang berprofesi sebagai Bidan? Ya, hari ini kita
memperingati Hari Bidan Nasional. Bidan adalah salah satu profesi yang penting
yang ada dalam garda terdepan dalam dunia medis dan kesehatan yang hampir dapat
kita jumpai dimanapun kita berada.
Bidan
adalah seorang ‘pahlawan’ yang ikut berperan dalam perjuangan para ibu dan
wanita untuk menjaga kesehatan selama kehamilan dan disaat melahirkan si buah
hati. Menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Bidan merupakan seorang wanita yang
lulus penddikan kebidanan yang diakui oleh pemerintah dan organisasi profesi di
wilayah NKRI, serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk register,
tersertifikasi dan secara sah mendapat lisensi untuk membuka praktek kebidanan.
Tanggal
24 Juni ini merupakan hari berdirinya organisasi profesi bidan, yaitu Ikatan
Bidan Indonesia (IBI) pada tahun 1951 di Jakarta. Selain sebagai organisasi
profesi, IBI juga terdaftar sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Saat ini
IBI memiliki anggota sebanyak 324.515 bidan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Dalam perjalananya IBI mendapat dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah,
swasta, lembaga swadaya masyarakat dalam dan luar negeri.
Menurut
UU No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, tugas pokok bidan adalah sebagai
tenaga kesehatan yang strategis dan terdepan dalam pelayanan kesehatan kepada
Ibu dan Anak, kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Bidan
adalah salah satu solusi dalam pemenuhan kebutuhan akan layanan kesehatan reproduksi
dan kesehatan seksual perempuan yang komprehensif untuk pemenuhan hak asasi,
khususnya bagi perempuan, bayi, balita dan remaja putri.
Selain
peran utama diatas, bidan juga memiliki tugas lainnya seperti membantu
meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kesehatan, penyedia layanan kesehatan,
pendidik, penggerak peran serta masyarakat, pemberdayaan perempuan dan
pelibatan masyarakat untuk menjaga kesehatan, serta sebagai pembuat keputusan. Menurut data
dari Riskesdas tahun 2018, 85% pemeriksaan kehamilan, 62,7% persalinan dan 54,6%
pelayanan KB masih dilakukan oleh bidan. Peran bidan ini diperkuat dengan
terbitnya UU no. 4 tahun 2019 tentang Kebidanan yang memberikan kepastian hukum
bagi masyarakat dan bidan sebagai pemberi maupun penerima layanan kebidanan.
Bidan dan Literasi Kesehatan
Perempuan
Selain
berbekal UU no 36 Tahun 2014, seorang bidan dalam keadaan tertentu, yakni suatu
kondisi tidak adanya Tenaga Kesehatan yang memiliki kewenangan untuk melakukan
tindakan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan serta tidak dimungkinkan untuk dirujuk
ke rumah sakit, maka seorang bidan dapat memberikan pelayanan kedokteran dan
atau kefarmasian di luar kewenangannya dalam batas tertentu.
Hal
ini menjadi penting apalagi bila dikaitkan dengan kondisi saat ini yaitu kita sedang berada pada fase beredarnya wabah COVID-19. Bidan dapat menjadi garda terdepan dalam perawatan
pasien COVID-19 yang mungkin tidak dapat terlayani di pusat-pusat kesehatan
seperti rumah sakit yang tentunya juga mengalami peningkatan jumlah pasien atau orang yang
terinfeksi COVID-19.
Para
bidan dapat menyediakan pengobatan dan perawatan yang berkualitas tinggi dan
penuh cinta serta penghargaan kepada setiap orang dan memimpin berbagai dialog
antar masyarakat dalam mengatasi krisis, ketakutan dan pertanyaan seputar
COVID-19 serta dapat pula mulai mengumpulkan beberapa kasus dan data untuk keperluan
studi klinis kedepannya.
Selain
tugas diatas yang sedang update, tugas bidan lainnya adalah mengadvokasi
masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan reproduksi, khususnya
reproduksi perempuan. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa masalah kesehatan
reproduksi perempuan akhir-akhir ini semakin mengalami peningkatan, seperti
semakin banyaknya wanita yang memiliki atau mengidap penyakit seperti miom,
kanker payudara atau kanker mulut rahim.
Bidan
memiliki peran yang sangat strategis dalam menyuarakan pentingnya pengetahuan
perempuan terkait kesehatan reproduksi dan perencanaan keluarga melalui
Komunikasi, Informasi dan Edukasi. Sebagai garda terdepan dalam infomasi,
perpustakaan dan bidan dapat tampil di masyarakat untuk terus mengedukasi dalam
setiap kegiatan masyarakat seperti pada saat diselenggarakannya kegiatan atau even PKK ataupun karang taruna,
menjadi narasumber melalui virtual meeting yang diadakan oleh Perpustakaan Daerah, TBM atau melalui komunitas-komunitas lainnya
Berikut
adalah beberapa tips dalam menjaga kesehatan organ reproduksi perempuan yang dapat
dilakukan oleh bidan dan mungkin juga oleh Perpustakaan di Puskesmas :
1.
Jaga dan bersihkan organ kewanitaan, bidan dapat melakukan edukasi dan advokasi
cara membersihkan organ kewanitaan dengan penuh pendekatan karena sesama
perempuan akan lebih nyambung dan nyaman dalam berkomunikasi tentang kesehatan
organ reproduksinya tersebut. Bidan harus bisa mengajarkan cara membasuh sampai
cara perawatan yang benar sehingga mengurangi resiko infeksi atau penyakit
lainnya.
2.
Konsumsi Makanan Sehat, seorang bidan harus dapat menyakinkan pasien wanitanya
bahwa kesehatan reproduksi wanita terkait erat dengan pola makan, ada beberapa
asupan nutrisi yang penting bagi kesehatan organ reproduksi wanita seperti
protein, lemak sehat, vitamin dan mineral. Ada banyak makanan cepat saji yang
harus dihindari serta batasi mengkonsumsi kafein melebihi takaran perharinya,
yaitu maksimal 2 cangkir kopi perhari.
3.
Kelola Stres dengan bijak, bidan dapat menjelaskan bahwa stres berdampak pada depresi,
gangguan kecemasan, hingga gangguan kesuburan. Oleh karena itu penting untk
mengurangi stress, sehingga kita dapat menjaga kesehatan reproduksi kita.
Banyak cara menghindari stress, mulailah melakukan apa yang membuat kita nyaman
dan olahraga merupakan salah satu solusi yang manjur.
4.
Jaga berat badan, seorang bidan dapat menjadi penasehat gizi sekaligus
penasehat diet yang tepat. Karena berat badan yang ideal akan menjaga kesehatan
tubuh yang prima, sebaliknya berat badan berlebih dapat menganggu ovulasi dan
produksi hormon yang mengatur tingkat kesuburan seorang wanita.
5.
Lakukan kebiasaan sehat lainnya, para bidan dapat menyarankan agar para ibu dan
remaja putri selalu dapat :
-
Berhenti merokok karena dapat mengurangi jumlah dan kualitas sel telur serta
menganggu kesehatan rahim.
-
Hindari minuman beralkohol, karena dapat meningkatkan resiko gangguan ovulasi.
-
Istirahat yang cukup, dapat menjaga kondisi tubuh tetap fit dan sehat
-
Hindari penggunaan obat-obatan dan suplemen di luar anjuran dan pengawasan
tenaga medis
-
Gunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan
-
Hindari perilaku seks berisiko seperti berganti pasangan yang dapat menyebabkan
menyakit menular seksual
Demikianlah
beberapa tips kesehatan perempuan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari dan semoga para bidan yang menjadi garda terdepan kesehatan bagi
perempuan dan anak dapat terus berkiprah dengan semangat pengabdian yang tinggi
dan pantang menyerah. Khususnya para bidan desa untuk memperkecil angka
kematian ibu dan bayi serta terus mengedukasi tata cara hidup sehat kepada
masyarakat, terkhusus para remaja putri dan ibu agar tetap menjaga kesehatannya
dengan memperbanyak membaca dan mencari tahu informasi tentang literasi
kesehatan perempuan. Salam literasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar