Literasi Demam Berdarah Dengue
Oleh : Rina Devina
Siapa
yang tidak kenal dengan Demam Berdarah Dengue atau biasa kita menyebutnya
sebagai DBD?. Ya, semua orang pasti tahu, bahkan anak kecil sekalipun. Tapi tak
banyak yang tahu kalau sekarang, tepat hari ini tanggal 15 Juni adalah Hari
Demam Berdarah Dengue ASEAN atau ASEAN Dengue Day yang digagas dalam Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) ke-19 di Hanoi, Vietnam pada tanggal 30 Oktober 2010. Dan
Indonesia menjadi salah satu pelopor pada peringatan Hari Dengue ASEAN pada 15 Juni 2011.
“Deklarasi Jakarta melawan DBD” disepakati
oleh 11 negara ASEAN yang hadir saat itu. Inti dari kesepakatan itu adalah
bahwa DBD termasuk salah satu penyakit menular prioritas. Peringatan Hari Dengue
ASEAN ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya dari
penyakit demam berdarah dengue secara berkelanjutan dan memperkuat kerjasama
dan komitmen regional dalam upaya pengendalian DBD di antara Negara-negara
ASEAN.
Indonesia
merupakan Negara dengan jumlah penderita DBD yang cenderung mengalami kenaikan
pada awal tahun karena tingginya curah hujan. Data ini memperlihatkan betapa DBD
masih menjadi ancaman dan momok yang serius bagi bangsa Indonesia. Walaupun
setiap tanggal 22 April Indonesia juga memperingati Hari Demam Berdarah
Nasional, namun masih diperlukan berbagai langkah sosialisasi dan aksi lainnya
agar masyarakat dapat sadar tentang bahaya DBD.
Salah
satu langkah yang dapat diambil dalam rangka menghambat dan mencegah penularan
DBD adalah dengan edukasi berbasis literasi. Semua elemen masyarakat dapat
mengambil peran ini. Mulai dari penyuluh kesehatan, para petugas medis, guru
disekolah bahkan pustakawan dan profesi apapun kita dapat berbuat dan mengambil
langkah dengan cara memberi informasi dan pencerahan tentang bahaya DBD dan
cara pencegahan dan penanggulangannya.
Salah
satu upaya dalam edukasi literasi adalah dengan memanfaatkan media sosial, bagi
perpustakaan yang memiliki fasilitas akses digital, mungkin bisa dengan
mengadakan virtual conference tentang
isu DBD, namun bagi perpustakaan yang belum berbasisis digital dapat
menyuarakan literasi dengan media massa atau media lainnya yang dapat menjadi
penyambung lidah dalam usaha menyampaikan literasi kesehatan utamanya tentang
DBD, khususnya di momen istimewa hari ini.
Literasi Seputar DBD
DBD
adalah infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue. Virus ini masuk ke dalam
tubuh seseorang melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus.
Gejala yang muncul saat seseorang positif terinfeksi DBD adalah : demam mendadak
tinggi, mual, muntah, nyeri sendi, nyeri kepala, hingga penurunan nafsu makan.
Selain itu, penderita DBD juga bisa mengalami tanda lain seperti munculnya
bintik-bintik merah pada kulit serta pendarahan pada gusi dan hidung.
Ada
beberapa orang yang memiliki resiko tinggi terinfeksi DBD, diantara pemicunya adalah :
umur, imunitas, genetik, geografis, iklim, faktor lingkungan, pernah mengalami
infeksi virus dengue sebelumnya, tinggal atau pernah bepergian ke daerah tropis
dan bayi/anak-anak atau lanjut usia dan orang yang memiliki kekebalan tubuh
yang lemah.
Gejala
umum DBD dapat timbul 4-7 hari sejak gigitan pertama nyamuk dan dapat
berlangsung selama 10 hari. Diagnosa demam berdarah dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan fisik dan wawancara medis, selain itu diperlukan pemeriksaan
penunjuang lain seperti pemeriksaan darah di laboratorium tentunya. Ketika DBD
tidak segera ditangani, akan menimbulkan komplikasi yang akan mengakibatkan gangguan
fungsi organ tubuh lainnya sehingga dapat berujung kepada kematian.
Ada
beberapa tips yang dapat kita terapkan untuk mencegah penularan DBD, diantaranya
:
a. Anak
usia 9-16 tahun seharusnya sudah divaksiansi dengue sebanyak 3 kali dengan
jarak 6 bulan
b. Memberantas
sarang nyamuk dengan Fogging
c. Menguras
bak mandi minimal setiap minggu
d. Menutup
rapat tempat penampungan air
e. Mendaur
ulang barang yang berpotensi menjadi tempat kembang biak nyamuk
f.
Mengatur tingkat cahaya yang cukup di dalam
rumah/ruangan
g. Memasang
kawat anti nyamuk di ventilasi rumah/ruangan
h. Menaburkan
bubuk abate pada penampungan air yang sulit untuk dilakukan pengurasan
i.
Menggunakan kelambu saat tidur
j.
Mengurangi/menghentikan kebiasaan
menggantung pakaian
k. Menghindari
wilayah daerah yang rentan terjadi infeksi DBD
l.
Mengenakan pakaian yang longgar
m. Menggunakan
krim atau lotion yang akan menjauhkan gangguan nyamuk
Sebenarnya,
selain DBD ada penyakit lain yang dapat disebabkan oleh gigitan nyamuk, beberapa
diantara yang sudah terdeteksi yaitu :
1. Zika,
Virus ini termasuk penyakit berbahaya lain yang disebabkan oleh gigitan nyamuk
Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Virus ini pertama kali tereteksi di hutan
Zika di daerah Uganda. Kasus pertama penyakit ini ditemukan di wilayah Afrika
dan Asia, tetapi dalam beberapa dekade terakhir telah menyebar ke wilayah
Amerika, terutama di periode tahun 2015-2016.
2. Chikungunya,
adalah virus yang ditularkan oleh spesies nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit ini
pertama kali ditemukan di wilayah Tanzania pada tahun 1952. Nama Chikungunya
sendiri diadaptasi dari nama etnis Mokonde yang berarti ‘membungkuk’ yang
sesuai dengan postur tubuh penderita yang selalu membungkuk akibat menahan
nyeri sendi seperti terkena penyakit reumatik.
3. Malaria,
adalah salah satu penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan kematian yang
ditularkan oleh nyamuk. Malaria di sebabkan oleh sejenis parasit bernama
plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk malaria yang dikenal dengan spesies
nyamuk Anopheles. Parasit jenis ini berkembang biak di hati orang yang
terinfeksi sebelum menginfeksi dan menghancurkan sel darah merah.
Beberapa
upaya sudah dilakukan Pemerintah untuk menangani masalah DBD adalah dengan terus
melakukan penyuluhan, penyelidikan epidemiologi, pemeriksaan, pengobatan,
perawatan dan isolasi penderita termasuk karantina. Namun sebagai seorang
pustakawan dan sekaligus masyarakat yang prihatin dengan kondisi ini atau apapun profesi kita, kita dapat melakukan upaya edukasi dengan kapasitas yang kita miliki, salah satunya adalah dengan literasi
kesehatan DBD seperti ini. Salam Literasi
Penulis
adalah Pustakawan pada Kanwil Kemenkumham Sumut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar