Peringati
Hari Susu Sedunia dengan Perbaikan Literasi Gizi
Oleh : Rina Devina
Sudahkah
anda minum susu hari ini? Ya, ini adalah pertanyaan bagi kita semua, sudah
rutinkah kita minum susu tiap hari?.Dalam rangka memperingati Hari Susu Sedunia
atau World Milk Day yang jatuh pada hari ini, kita dapat merayakannya dengan
minum susu bersama keluarga tercinta. Hari Susu Sedunia (HSS) diperingati untuk
meningkatkan kesadaran tentang pentingnya konsumsi susu dan produk susu setiap
hari.
Adalah
Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) yang sejak 2011 menggagas untuk
selalu memperingati tanggal 01 Juni sebagai HSS. Perayaan HSS ini biasanya dirayakan
secara serempak di berbagai belahan dunia, khususnya di Negara maju yang sudah
terbisasa dalam mengkonsumsi susu seperti Negara Jerman, Amerika Serikat,
Inggris, Jepang, dan Negara-negara maju lainnya.
Mengikuti
ajakan organisasi Dunia sekelas FAO, tentunya Indonesia tidak mau ketinggalan
untuk turut melaksanakan dan menggalakkan kegitan HSS, sehingga pada tahun 2009
di Indonesia telah dilaksanakan kegiatan peringatan Hari Susu Nusantara yang
dilaksanakan secara nasional berasarkan Keputusan Menteri Pertanian No.
2182/KPTS/PD.420/5/2009.
Dengan
adanya pengesahan KEPMEN tersebut, maka mulailah Indonesia melaksanakan kegiatan
Hari Susu Nusantara setiap tahunnya. Hari Susu Nusantara lebih dikenal dengan
nama Hari Susu Nasional (HSN). HSN ini ditetapkan berdasarkan kenyataan yang
miris tentang rendahnya tingkat konsumsi susu dalam masyarakat Indonesia.
Bila
dibandingkan dengan tingkat konsumsi susu di antara Negara-negara di ASEAN,
Indonesia menempati urutan yang terendah dalam konsumsi susu setiap harinya.
Berdasarkan data dari USDA Foreign Agricultural Service beberapa tahun terakhir
yang melaporkan bahwa Indonesia menempati posisi paling sedikit dalam konsumsi
susu perkapita pertahun.
Dengan
adanya peringatan HSN ini diharapkan bisa menggugah kepekaan masyarakat
Indonesia tentang arti pentingya untuk selalu mengkonsumsi susu semakin meningkat.
Produksi susu nasional juga tidak sebanding dengan jumlah penduduk Indonesia
yang mencapai 225 juta jiwa. Karenanya, dengan peringatan HSN ini,diharapkan
dapat memicu dan membuka peluang bagi para peternak sapi agar menghasilkan produksi
susu segar dengan kuantitas dan kualitas yang maksimal, sehingga dapat menjadi
tuan rumah di negeri sendiri, karena sampai saat ini Indonesia masih mengimpor
susu dengan jumlah yang besar.
Pemerintah
selalu berkilah bahwa harga susu yang mahal adalah salah satu sebab yang
menjadikan konsumsi susu menjadi rendah di masyarakat Indonesia. Disi lain, ada
kesalahpahaman di dalam masyarakat Indonesia yang telah membudaya bahwa
mengkonsumsi susu adalah kebutuhan tersier. Masyarakat banyak berpendapat bahwa
susu adalah makanan yang mewah dan mahal. Hal ini perlu diluruskan tentunya.
Perlunya Literasi Gizi
Salah
satu cara untuk meluruskan pemahaman yang salah dimasyarakat Indonesia ini
salah satunya adalah dengan perbaikan Literasi Gizi. Literasi gizi atau
Nutrition literacy, menurut sebuah artikel yang dipublikasikan dalam jurnal
Preventing Chronic Disease, adalah kapasitas untuk memperoleh, memproses, dan
memahami informasi gizi dasar.
Dengan
memahami literasi gizi, maka kemampuan
sesorang akan meningkat dalam mengolah dan memahami informasi konsumsi gizi
yang baik, sehingga mampu meningkatkan kecermatan seseorang dalam menghitung
kebutuhan gizi serta bijak dalam membaca label informasi pada makanan dan
minuman, termasuk makanan dan minuman olahan.
Kurangnya
literasi gizi seseorang dapat membuatnya mudah percaya dengan informasi bohong
atau hoax yang sering tersebar lewat berbagai medium, termasuk soal makanan dan
minuman yang dilarang atau tidak baik untuk dikonsumsi. Kurangnya literasi gizi
inilah yang menyebabkan masyarakat mudah terkecoh dengan berbagai iklan yang
tujuannya hanya untuk mencari pangsa pasar yang besar tanpa mengetahui efek
buruk yang tercipta di masyarakat.
Salah
satu contoh dari kurang literasi gizi di masyarakat adalah ketika masyarakat
menganggap bahwa kandungan gizi susu kental manis sama dengan kandungan gizi
yang terapat dalam susu segar atau susu kemasan lainnya. Padahal ada banyak
varian susu yang memiliki nilai kandungan gizi yang berbeda pula. Hal ini
mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) no. 01-3141-1998 yang merupakan
revisi dari SNI 01-3141-1992.
Di
dalam Standar ini di paparkan tentang pengertian susu murni, yaitu suatu cairan
yang berasal dari kambing atau sapi yang sehat dan bersih, yang diperoleh dengan
cara yang benar, dengan kandungan alami yang tidak dikurangi atau ditambahi
serta belum mendapat perlakuan apapun. Sedangkan pengertian susu segar adalah
susu murni yang telah disebutkan sebelumnya dan tidak mendapat perlakuan apapun
kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya.
Pada
umumnya, banyak masyarakat Indonesia yang enggan membaca informasi nilai gizi
yang sudah ditempel dan disajikan oleh produsen dalam setiap kemasan produknya.
Keengganan ini muncul biasanya dikarenakan kendala bahasa yang dipandang
terlalu ilmiah, atau juga karena informasi seperti yang terdapat pada keterangan
komposisi ini dirasa kurang penting untuk dibaca dan dipahami.
Peran Akademisi dan Institusi yang
terkait
Dalam
hal peningkatan literasi gizi di masyarakat, perlu banyak pihak yang dilibatkan,
mereka adalah para petugas dari Badan Penelitian Obat dan Makanan (BPOM),
peneliti atau sekelompok masyarakat terdidik yang kita kenal dengan sebutan
‘akademisi’.
Disinilah
peran para akademisi, apakah itu yang terdapat di masyarakat luas atau para
akademisi yang ada di lembaga seperi BPOM, yang memiliki kapasitas bahkan
otoritas kelimuan untuk membagi ilmu dan sumber daya kemampuannya untuk
mendidik dan mendorong inisiatif masyarakat agar memiliki dan meningkatkan
tingkat literasi gizi dalam upaya peningkatan kualitas hidup sehat di
masyarakat.
Di
Indonesia sendiri, terdapat 45 perguruan tinggi (PT) yang membuka program D3
Gizi, 20 PT untuk D4 Gizi dan 45 PT yang membuka S1 Gizi. Jika setiap tahun ada
100 ahli gizi saja yang diwisuda, artinya ada 11.000 ahli gizi yang lulus tiap
tahunnya. Itu baru akademisi dengan bidang ilmu yang spesifik seperti gizi.
Belum lagi akaemisi/ahli dari bidang lain seperti Dokter, Bidan, dan tenaga
kesehatan masyarakat lainnya yang memiliki kapasitas dalam mengedukasi
masyarakat.
Namun,
hanya berharap pada akademisi dan institusi terkait bukanlah satu-satunya
solusi, diperlukan peran orang tua dan masyarakat lainnya yang juga harus tanggap
akan perlunya literasi gizi bagi kelangsungan hidup. Sebab, para orang tua memiliki
peran yang krusial dalam menyusun menu masakan sehari-hari guna mendukung
pertumbuhan maksimal setiap anggota keluarganya.
Setiap
keluarga harus memiliki program membudayakan minum susu setiap hari, karena dengan
minum susu secara rutin dapat memenuhi kebutuhan kalori dan protein yang akan
berdampak pada pertumbuhan tubuh yang maksimal. Susu mengandung asam amino yang
lengkap dan banyak juga kandungan gizi lainnya yang sangat penting seperti
vitamin B12, vitamin D, asam lemak omega-3, zat besi, kalsium dan seng.
Berbagai
produk susu sapi atau kambing adalah sumber protein hewani yang baik dan mudah
di serap oleh tubuh, terbukti dengan Digestible Indispensable Amino Acid Score
(DIAAS) menempatkan susu segar sebagai sumber protein terbaik. Tingkat konsumsi
susu yang rendah pada masyarakat Indonesia juga memberi resiko terhambatnya
pertumbuhan tubuh, yang lazim disebut sebagai penyebab stanting pada anak.
Dengan
konsumsi susu yang rutin dan teratur di tengah masyarakat Indonesia, diharapkan
dapat mencegah stanting dan membantu target untuk meningkatkan kualitas hidup
dan gizi masyarakat dapat tercapai dan berdampak pada peningkatan konsumsi susu
sehingga tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia dapat ditingkatkan dan
sejajar dengan tingkat konsumsi susu masyarakat dunia lainnya.Mari kita
peringati HSS hari ini dengan minum susu. Salam literasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar