Senin, 01 Juni 2020

Peringati Hari Susu Sedunia dengan Perbaikan Literasi Gizi


Peringati Hari Susu Sedunia dengan Perbaikan Literasi Gizi
Oleh : Rina Devina

Sudahkah anda minum susu hari ini? Ya, ini adalah pertanyaan bagi kita semua, sudah rutinkah kita minum susu tiap hari?.Dalam rangka memperingati Hari Susu Sedunia atau World Milk Day yang jatuh pada hari ini, kita dapat merayakannya dengan minum susu bersama keluarga tercinta. Hari Susu Sedunia (HSS) diperingati untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya konsumsi susu dan produk susu setiap hari.
Adalah Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) yang sejak 2011 menggagas untuk selalu memperingati tanggal 01 Juni sebagai HSS. Perayaan HSS ini biasanya dirayakan secara serempak di berbagai belahan dunia, khususnya di Negara maju yang sudah terbisasa dalam mengkonsumsi susu seperti Negara Jerman, Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan Negara-negara maju lainnya.
Mengikuti ajakan organisasi Dunia sekelas FAO, tentunya Indonesia tidak mau ketinggalan untuk turut melaksanakan dan menggalakkan kegitan HSS, sehingga pada tahun 2009 di Indonesia telah dilaksanakan kegiatan peringatan Hari Susu Nusantara yang dilaksanakan secara nasional berasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 2182/KPTS/PD.420/5/2009.
Dengan adanya pengesahan KEPMEN tersebut, maka mulailah Indonesia melaksanakan kegiatan Hari Susu Nusantara setiap tahunnya. Hari Susu Nusantara lebih dikenal dengan nama Hari Susu Nasional (HSN). HSN ini ditetapkan berdasarkan kenyataan yang miris tentang rendahnya tingkat konsumsi susu dalam masyarakat Indonesia.
Bila dibandingkan dengan tingkat konsumsi susu di antara Negara-negara di ASEAN, Indonesia menempati urutan yang terendah dalam konsumsi susu setiap harinya. Berdasarkan data dari USDA Foreign Agricultural Service beberapa tahun terakhir yang melaporkan bahwa Indonesia menempati posisi paling sedikit dalam konsumsi susu perkapita pertahun.
Dengan adanya peringatan HSN ini diharapkan bisa menggugah kepekaan masyarakat Indonesia tentang arti pentingya untuk selalu mengkonsumsi susu semakin meningkat. Produksi susu nasional juga tidak sebanding dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 225 juta jiwa. Karenanya, dengan peringatan HSN ini,diharapkan dapat memicu dan membuka peluang bagi para peternak sapi agar menghasilkan produksi susu segar dengan kuantitas dan kualitas yang maksimal, sehingga dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri, karena sampai saat ini Indonesia masih mengimpor susu dengan jumlah yang besar.
Pemerintah selalu berkilah bahwa harga susu yang mahal adalah salah satu sebab yang menjadikan konsumsi susu menjadi rendah di masyarakat Indonesia. Disi lain, ada kesalahpahaman di dalam masyarakat Indonesia yang telah membudaya bahwa mengkonsumsi susu adalah kebutuhan tersier. Masyarakat banyak berpendapat bahwa susu adalah makanan yang mewah dan mahal. Hal ini perlu diluruskan tentunya.
Perlunya Literasi Gizi
Salah satu cara untuk meluruskan pemahaman yang salah dimasyarakat Indonesia ini salah satunya adalah dengan perbaikan Literasi Gizi. Literasi gizi atau Nutrition literacy, menurut sebuah artikel yang dipublikasikan dalam jurnal Preventing Chronic Disease, adalah kapasitas untuk memperoleh, memproses, dan memahami informasi gizi dasar.
Dengan memahami literasi gizi, maka  kemampuan sesorang akan meningkat dalam mengolah dan memahami informasi konsumsi gizi yang baik, sehingga mampu meningkatkan kecermatan seseorang dalam menghitung kebutuhan gizi serta bijak dalam membaca label informasi pada makanan dan minuman, termasuk makanan dan minuman olahan.
Kurangnya literasi gizi seseorang dapat membuatnya mudah percaya dengan informasi bohong atau hoax yang sering tersebar lewat berbagai medium, termasuk soal makanan dan minuman yang dilarang atau tidak baik untuk dikonsumsi. Kurangnya literasi gizi inilah yang menyebabkan masyarakat mudah terkecoh dengan berbagai iklan yang tujuannya hanya untuk mencari pangsa pasar yang besar tanpa mengetahui efek buruk yang tercipta di masyarakat.
Salah satu contoh dari kurang literasi gizi di masyarakat adalah ketika masyarakat menganggap bahwa kandungan gizi susu kental manis sama dengan kandungan gizi yang terapat dalam susu segar atau susu kemasan lainnya. Padahal ada banyak varian susu yang memiliki nilai kandungan gizi yang berbeda pula. Hal ini mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) no. 01-3141-1998 yang merupakan revisi dari SNI 01-3141-1992.
Di dalam Standar ini di paparkan tentang pengertian susu murni, yaitu suatu cairan yang berasal dari kambing atau sapi yang sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara yang benar, dengan kandungan alami yang tidak dikurangi atau ditambahi serta belum mendapat perlakuan apapun. Sedangkan pengertian susu segar adalah susu murni yang telah disebutkan sebelumnya dan tidak mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya.
Pada umumnya, banyak masyarakat Indonesia yang enggan membaca informasi nilai gizi yang sudah ditempel dan disajikan oleh produsen dalam setiap kemasan produknya. Keengganan ini muncul biasanya dikarenakan kendala bahasa yang dipandang terlalu ilmiah, atau juga karena informasi seperti yang terdapat pada keterangan komposisi ini dirasa kurang penting untuk dibaca dan dipahami.
Peran Akademisi dan Institusi yang terkait   
Dalam hal peningkatan literasi gizi di masyarakat, perlu banyak pihak yang dilibatkan, mereka adalah para petugas dari Badan Penelitian Obat dan Makanan (BPOM), peneliti atau sekelompok masyarakat terdidik yang kita kenal dengan sebutan ‘akademisi’.
Disinilah peran para akademisi, apakah itu yang terdapat di masyarakat luas atau para akademisi yang ada di lembaga seperi BPOM, yang memiliki kapasitas bahkan otoritas kelimuan untuk membagi ilmu dan sumber daya kemampuannya untuk mendidik dan mendorong inisiatif masyarakat agar memiliki dan meningkatkan tingkat literasi gizi dalam upaya peningkatan kualitas hidup sehat di masyarakat.
Di Indonesia sendiri, terdapat 45 perguruan tinggi (PT) yang membuka program D3 Gizi, 20 PT untuk D4 Gizi dan 45 PT yang membuka S1 Gizi. Jika setiap tahun ada 100 ahli gizi saja yang diwisuda, artinya ada 11.000 ahli gizi yang lulus tiap tahunnya. Itu baru akademisi dengan bidang ilmu yang spesifik seperti gizi. Belum lagi akaemisi/ahli dari bidang lain seperti Dokter, Bidan, dan tenaga kesehatan masyarakat lainnya yang memiliki kapasitas dalam mengedukasi masyarakat.
Namun, hanya berharap pada akademisi dan institusi terkait bukanlah satu-satunya solusi, diperlukan peran orang tua dan masyarakat lainnya yang juga harus tanggap akan perlunya literasi gizi bagi kelangsungan hidup. Sebab, para orang tua memiliki peran yang krusial dalam menyusun menu masakan sehari-hari guna mendukung pertumbuhan maksimal setiap anggota keluarganya.  
Setiap keluarga harus memiliki program membudayakan minum susu setiap hari, karena dengan minum susu secara rutin dapat memenuhi kebutuhan kalori dan protein yang akan berdampak pada pertumbuhan tubuh yang maksimal. Susu mengandung asam amino yang lengkap dan banyak juga kandungan gizi lainnya yang sangat penting seperti vitamin B12, vitamin D, asam lemak omega-3, zat besi, kalsium dan seng.
Berbagai produk susu sapi atau kambing adalah sumber protein hewani yang baik dan mudah di serap oleh tubuh, terbukti dengan Digestible Indispensable Amino Acid Score (DIAAS) menempatkan susu segar sebagai sumber protein terbaik. Tingkat konsumsi susu yang rendah pada masyarakat Indonesia juga memberi resiko terhambatnya pertumbuhan tubuh, yang lazim disebut sebagai penyebab stanting pada anak.
Dengan konsumsi susu yang rutin dan teratur di tengah masyarakat Indonesia, diharapkan dapat mencegah stanting dan membantu target untuk meningkatkan kualitas hidup dan gizi masyarakat dapat tercapai dan berdampak pada peningkatan konsumsi susu sehingga tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia dapat ditingkatkan dan sejajar dengan tingkat konsumsi susu masyarakat dunia lainnya.Mari kita peringati HSS hari ini dengan minum susu. Salam literasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar