Populasi dan Literasi Kependudukan
Oleh : Rina Devina
Tak
terasa kita telah memasuki tengah bulan pada bulan Juli, dan tepat pada hari
ini tanggal 11 Juli kita memperingati Hari Populasi Sedunia atau World Population
Day. Peringatan Hari Populasi Sedunia (HPS) ini merupakan salah satu agenda
tahunan dunia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mengenai kondisi
populasi (jumlah penduduk) dunia. Awal mula digagasnya peringatan ini dilakukan
oleh Dewan Pengatur Program Pembangunan PBB pada tahun 1989. Hal ini
terinspirasi dari meningkatnya jumlah penduduk yang mencapai angka lima miliar
pada tanggal 11 Juli 1987 lalu.
Menurut
informasi resmi yang dilansir dari PBB, populasi dunia mengalami peningkatan
setiap tahunnya sebanyak 83 juta individu. Walaupun tingkat kesuburan atau
fertilitas mengalami kemunduran, namun populasi diramalkan akan terus
meningkat. Merilis data dari Worldometer, tercatat penduduk dunia berada pada
angka 7,8 miliar orang pada 2020, sedangkan Indonesia menempati urutan ke empat
dalam jumlah penduduk terbanyak sedunia dengan jumlah sebesar 273.565.194
jiwa.
Permasalahan
populasi dunia memiliki kaitan yang erat dengan berbagai sektor di masyarakat,
apakah itu masalah perumahan, ketahanan pangan sampai masalah kontasepsi dan
kesehatan reproduksi. Dengan laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat,
wajar bila banyak orang yang memprediksi bahwa pertumbuhan kaum urban perkotaan
yang paling merasakan dampaknya, yaitu peningkatan kebutuhan perumahan dan
kebutuhan pangan yang harus memadai. Salah satu faktor penting dan mendesak
untuk mendukung kinerja ekonomi dan mengatasi masalah perumahan serta kebutuhan
pangan adalah dengan data kependudukan yang valid.
Bila
kita bicara tentang masalah kependudukan, tidak hanya bicara tentang jumlah, struktur,
umur, pertumbuhan, persebaran, dan mobilitas saja, tapi juga mencakup kualitas,
kondisi kesejahteraan, dan juga politik ekonomi, sosial, budaya, agama dan juga
lingkungan. Dengan melihat kondisi saat ini, maka secara tidak langsung kita
akan dapat membenarkan pendapat para ahli yang meprediksi tentang akan
terjadinya lonjakan jumlah penduduk Indonesia yang lazim kita sebut sebagai
bonus demografi pada tahun 2045 adalah benar adanya.
Pada
dekade ini dan yang akan datang, bangsa Indonesia akan menghadapi fenomena
besar yaitu peningkatan jumlah proporsi penduduk usia produktif yang berusia
antara 15-60 tahun dan penduduk usia muda mulai dari usia 10-21 tahun akan
mengalami peningkatan. Kondisi ini berdampak pada menurunnya angka
ketergantungan dan berdampak positif pada pembangunan ekonomi di masa yang akan
datang bila dapat ditangani dengan tepat. Dan bila tidak dapat ditangani dengan
tepat akan membawa bencana tersendiri bagi bangsa ini, yaitu berbagai permasalahan-permasalahan
sosial lainnya.
Kondisi
ini akan menjadi peluang dan tantangan untuk melakukan investasi yang efektif,
efisien dan berkualitas bagi pemerintah dalam sektor kesehatan, pendidikan, dan
pelatihan terkait penanggulangan permasalahan dan isu-isu kependudukan dan
pembangunan keluarga. Oleh karena itu sangat dibutuhkan peranan pemerintah dalam
rangka meningkatkan budaya literasi yang akan berdampak pada segala bidang,
salah satu literasi yang dibutuhkan saat ini adalah literasi kependudukan.
Tentunya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kependudukan dan
berusaha mencari solusi dari permasalahn kependudukan itu sendiri.
Literasi kependudukan
Literasi
Kependudukan adalah salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang
segala sesuatu mengenai kependudukan dengan cara membaca, menulis, berkampanye,
dan lain sebagainya sebagai suatu kegiatan yang dapat membantu masyarakat dalam
memahami kondisi kependudukan dan permasalahan kependudukan. Masalah
kependudukan mencakup segala sesuatu yang terkait dengan manusia dan alam semesta,
agar manusia tetap dapat mendiami bumi ini dengan keseimbangan dan terencana.
Ada
banyak alasan mengapa kita wajib mengetahi tentang literasi kependudukan,
beberapa diantaranya adalah agar dapat menyelesaikan beberapa permasalahan yang
kita hadapi seperti :
1. Masalah
Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan, masih banyak ditemukan
kebijakan-kebijakan pada level nasional dan daerah terkait diskriminasi gender
dan isu pemberdayaan perempuan yang seringkali tidak sinkron dengan fakta di
lapangan.
2. Permasalahan
Migrasi Internasional, masih menjadi permasalahan dunia dan juga Indonesia
seperti masalah trafficking. Sekitar seperempat dari korban perdagangan
perempuan adalah anak di bawah umur 18 tahun
3. Masalah
Hak dan Kesehatan Reproduksi, menurunnya pemakaian kontasepsi permanen
4. Permasalahan
Distribusi Populasi, Urbanisasi, dan Migrasi, data menunjukkan prediksi pada tahun
2030 akan terjadi peningkatan populasi urban
5. Masalah
Kesehatan, Morbiditas, dan Kematian, tingkat kematian perempuan masih tinggi di
Indonesia, yaitu 1 sampai 2 perempuan hamil yang tewas karena mengalami
komplikasi setiap jamnya.
6. Permasalahan
Pertumbuhan Populasi dan Struktur, yaitu masih kurangnya pembangunan dan
keberadaan rumah jompo di indonesia, hanya ada 250 rumah jompo di seluruh Indonesia
yang dijalankan oleh swasta dan pemerintah.
Berbagai
permasalahan dan persoalan kependudukan tidak berdiri sendiri, tetapi saling
terkait dengan sektor lainnya. Masalah kependudukan akan memiliki konsekwensi
kepada kualitas Sumber Daya Manusia dalam berbagai sektor kehidupan seperti
masalah kesehatan, pendidikan, sosial, agama, politik, budaya dan lain
sebagainya. Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
masyarakat terhadap kependudukan adalah dengan membangun kemampuan literasi
kependudukan.
Dengan
melek literasi kependudukan, kita, masyarakat Indonesia terutama kaum muda
dapat mempersiapkan diri untuk hidup lebih baik lagi, sehingga dapat memberi
makna hidup di dalam mengelola keluarga, masyarakat, lingkungan dan dunia. Diharapkan
kita dapat berperan aktif untuk membuat dunia yang lebih baik lagi dari
generasi sebelumnya, bukan menjadikannya lebih buruk tentunya karena kurang
pemahaman dan kesadaran tentang literasi kependudukan.
Bila
tingkat literasi masyarakat tentang kependudukan meningkat, tentu akan mampu
meningkatkan rasa kepedulian masyarakat untuk mengidentifikasi, menganalisis
dan terlibat secara aktif, kreatif serta inovatif dan pasti akan lebih produktif
dalam memecahkan persoalan dan permasalahan yang terkait dengan kependudukan
yang ada di tengah-tengah masyarakat. Dengan peningkatan literasi kependudukan,
diharapkan masyarakat dapat memiliki pengetahuan, pemahaman dan kesadaran
tentang kondisi kependudukan dan berbagai implikasinya.
Implementasi
literasi kependudukan dapat dimulai dari memasukkan pelajaran kependudukan
diantara mata pelajaran yang memiliki keterkaitan dengan permasalahan
kependudukan sperti mata pelajaran IPS, Sejarah, Geografi dan lain sebagainya.
Selain itu pemerinta juga dapat menyediakan buku-buku atau sumber informasi
lainnya terkait kependudukan dengan memanfaatkan berbagai saluran yang ada di
masyarakat, seperti karang taruna, PKK, Taman Bacaan Masyarakat, Perpustakaan, Posyandu
atau sentral informasi lainnya yang telah ada di tengah-tengah masyarakat.
Dengan
peringatan HPS ini diharapkan kita semua terpanggil dan tergerak untuk sama-sama
membenahi permasalahan kependudukan dan persoalan yang terkait populasi
lainnya. Semoga kita bersama dapat membangun gerakan literasi kependudukan di
semua level kehidupan, mulai dari level individu, keluarga, lembaga pendidikan
formal, informal dan non-formal. Karena secara tidak langsung, peningkatan
literasi kependudukan akan ikut serta dalam memberi dampak dan berkontribusi
yang positif untuk membentuk karakter
manusia bangsa Indonesia yang memiliki semangat berbagi, berintegritas, memiliki
etos kerja dan jiwa gotong royong yang tinggi. Salam literasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar