Sabtu, 11 Juli 2020

Populasi dan Literasi Kependudukan


Populasi dan Literasi Kependudukan
Oleh : Rina Devina
Tak terasa kita telah memasuki tengah bulan pada bulan Juli, dan tepat pada hari ini tanggal 11 Juli kita memperingati Hari Populasi Sedunia atau World Population Day. Peringatan Hari Populasi Sedunia (HPS) ini merupakan salah satu agenda tahunan dunia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mengenai kondisi populasi (jumlah penduduk) dunia. Awal mula digagasnya peringatan ini dilakukan oleh Dewan Pengatur Program Pembangunan PBB pada tahun 1989. Hal ini terinspirasi dari meningkatnya jumlah penduduk yang mencapai angka lima miliar pada tanggal 11 Juli 1987 lalu.
Menurut informasi resmi yang dilansir dari PBB, populasi dunia mengalami peningkatan setiap tahunnya sebanyak 83 juta individu. Walaupun tingkat kesuburan atau fertilitas mengalami kemunduran, namun populasi diramalkan akan terus meningkat. Merilis data dari Worldometer, tercatat penduduk dunia berada pada angka 7,8 miliar orang pada 2020, sedangkan Indonesia menempati urutan ke empat dalam jumlah penduduk terbanyak sedunia dengan jumlah sebesar 273.565.194 jiwa. 
Permasalahan populasi dunia memiliki kaitan yang erat dengan berbagai sektor di masyarakat, apakah itu masalah perumahan, ketahanan pangan sampai masalah kontasepsi dan kesehatan reproduksi. Dengan laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, wajar bila banyak orang yang memprediksi bahwa pertumbuhan kaum urban perkotaan yang paling merasakan dampaknya, yaitu peningkatan kebutuhan perumahan dan kebutuhan pangan yang harus memadai. Salah satu faktor penting dan mendesak untuk mendukung kinerja ekonomi dan mengatasi masalah perumahan serta kebutuhan pangan adalah dengan data kependudukan yang valid.
Bila kita bicara tentang masalah kependudukan, tidak hanya bicara tentang jumlah, struktur, umur, pertumbuhan, persebaran, dan mobilitas saja, tapi juga mencakup kualitas, kondisi kesejahteraan, dan juga politik ekonomi, sosial, budaya, agama dan juga lingkungan. Dengan melihat kondisi saat ini, maka secara tidak langsung kita akan dapat membenarkan pendapat para ahli yang meprediksi tentang akan terjadinya lonjakan jumlah penduduk Indonesia yang lazim kita sebut sebagai bonus demografi pada tahun 2045 adalah benar adanya.
Pada dekade ini dan yang akan datang, bangsa Indonesia akan menghadapi fenomena besar yaitu peningkatan jumlah proporsi penduduk usia produktif yang berusia antara 15-60 tahun dan penduduk usia muda mulai dari usia 10-21 tahun akan mengalami peningkatan. Kondisi ini berdampak pada menurunnya angka ketergantungan dan berdampak positif pada pembangunan ekonomi di masa yang akan datang bila dapat ditangani dengan tepat. Dan bila tidak dapat ditangani dengan tepat akan membawa bencana tersendiri bagi bangsa ini, yaitu berbagai permasalahan-permasalahan sosial lainnya.
Kondisi ini akan menjadi peluang dan tantangan untuk melakukan investasi yang efektif, efisien dan berkualitas bagi pemerintah dalam sektor kesehatan, pendidikan, dan pelatihan terkait penanggulangan permasalahan dan isu-isu kependudukan dan pembangunan keluarga. Oleh karena itu sangat dibutuhkan peranan pemerintah dalam rangka meningkatkan budaya literasi yang akan berdampak pada segala bidang, salah satu literasi yang dibutuhkan saat ini adalah literasi kependudukan. Tentunya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang kependudukan dan berusaha mencari solusi dari permasalahn kependudukan itu sendiri.
Literasi kependudukan
Literasi Kependudukan adalah salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang segala sesuatu mengenai kependudukan dengan cara membaca, menulis, berkampanye, dan lain sebagainya sebagai suatu kegiatan yang dapat membantu masyarakat dalam memahami kondisi kependudukan dan permasalahan kependudukan. Masalah kependudukan mencakup segala sesuatu yang terkait dengan manusia dan alam semesta, agar manusia tetap dapat mendiami bumi ini dengan keseimbangan dan terencana.
Ada banyak alasan mengapa kita wajib mengetahi tentang literasi kependudukan, beberapa diantaranya adalah agar dapat menyelesaikan beberapa permasalahan yang kita hadapi seperti :
1.      Masalah Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan, masih banyak ditemukan kebijakan-kebijakan pada level nasional dan daerah terkait diskriminasi gender dan isu pemberdayaan perempuan yang seringkali tidak sinkron dengan fakta di lapangan.
2.      Permasalahan Migrasi Internasional, masih menjadi permasalahan dunia dan juga Indonesia seperti masalah trafficking. Sekitar seperempat dari korban perdagangan perempuan adalah anak di bawah umur 18 tahun
3.      Masalah Hak dan Kesehatan Reproduksi, menurunnya pemakaian kontasepsi permanen
4.      Permasalahan Distribusi Populasi, Urbanisasi, dan Migrasi, data menunjukkan prediksi pada tahun 2030 akan terjadi peningkatan populasi urban
5.      Masalah Kesehatan, Morbiditas, dan Kematian, tingkat kematian perempuan masih tinggi di Indonesia, yaitu 1 sampai 2 perempuan hamil yang tewas karena mengalami komplikasi setiap jamnya.
6.      Permasalahan Pertumbuhan Populasi dan Struktur, yaitu masih kurangnya pembangunan dan keberadaan rumah jompo di indonesia, hanya ada 250 rumah jompo di seluruh Indonesia yang dijalankan oleh swasta dan pemerintah.
Berbagai permasalahan dan persoalan kependudukan tidak berdiri sendiri, tetapi saling terkait dengan sektor lainnya. Masalah kependudukan akan memiliki konsekwensi kepada kualitas Sumber Daya Manusia dalam berbagai sektor kehidupan seperti masalah kesehatan, pendidikan, sosial, agama, politik, budaya dan lain sebagainya. Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap kependudukan adalah dengan membangun kemampuan literasi kependudukan.
Dengan melek literasi kependudukan, kita, masyarakat Indonesia terutama kaum muda dapat mempersiapkan diri untuk hidup lebih baik lagi, sehingga dapat memberi makna hidup di dalam mengelola keluarga, masyarakat, lingkungan dan dunia. Diharapkan kita dapat berperan aktif untuk membuat dunia yang lebih baik lagi dari generasi sebelumnya, bukan menjadikannya lebih buruk tentunya karena kurang pemahaman dan kesadaran tentang literasi kependudukan.
Bila tingkat literasi masyarakat tentang kependudukan meningkat, tentu akan mampu meningkatkan rasa kepedulian masyarakat untuk mengidentifikasi, menganalisis dan terlibat secara aktif, kreatif serta inovatif dan pasti akan lebih produktif dalam memecahkan persoalan dan permasalahan yang terkait dengan kependudukan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Dengan peningkatan literasi kependudukan, diharapkan masyarakat dapat memiliki pengetahuan, pemahaman dan kesadaran tentang kondisi kependudukan dan berbagai implikasinya.
Implementasi literasi kependudukan dapat dimulai dari memasukkan pelajaran kependudukan diantara mata pelajaran yang memiliki keterkaitan dengan permasalahan kependudukan sperti mata pelajaran IPS, Sejarah, Geografi dan lain sebagainya. Selain itu pemerinta juga dapat menyediakan buku-buku atau sumber informasi lainnya terkait kependudukan dengan memanfaatkan berbagai saluran yang ada di masyarakat, seperti karang taruna, PKK, Taman Bacaan Masyarakat, Perpustakaan, Posyandu atau sentral informasi lainnya yang telah ada di tengah-tengah masyarakat.
Dengan peringatan HPS ini diharapkan kita semua terpanggil dan tergerak untuk sama-sama membenahi permasalahan kependudukan dan persoalan yang terkait populasi lainnya. Semoga kita bersama dapat membangun gerakan literasi kependudukan di semua level kehidupan, mulai dari level individu, keluarga, lembaga pendidikan formal, informal dan non-formal. Karena secara tidak langsung, peningkatan literasi kependudukan akan ikut serta dalam memberi dampak dan berkontribusi yang positif  untuk membentuk karakter manusia bangsa Indonesia yang memiliki semangat berbagi, berintegritas, memiliki etos kerja dan jiwa gotong royong yang tinggi. Salam literasi





Tidak ada komentar:

Posting Komentar