Pustakawan Milenial, Pustakawan
Perubahan
Oleh : Rina Devina
Berbahagialah
para Pustakawan di hari ini, karena tepat hari ini, 07 Juli adalah Hari
Pustakawan Indonesia. Tahun ini Hari Pustakawan Indoneisa (HPI) memasuki angka
yang ke-47 tahun. Peringatan HPI ini berawal dari didirikannya perhimpunan
organisasi pustakawan yang kita kenal dengan Ikatan Pustakawan Indonesia yang
lebih dikenal dengan IPI pada 7 Juli 1973 dalam kongres Pustakawan Indonesia
yang diadakan di Ciawi, Bogor.
Seperti
yang kita ketahui bersama, bahwa Pustakawan adalah ujung tombak dalam sebuah
perpustakaan. Tanpa seorang pustakawan, perpustakaan akan terasa tidak lengkap.
Pustakawan memiliki tugas mengelola dan mengorganisir semua koleksi yang ada di
sebuah perpustakaan. Dalam mengelola koleksi tersebut terdapat berbagai sistem
pengkalsifikasian yang diciptakan sejak berdirinya perpustakaan, namun yang
paling banyak digunakan di seluruh dunia adalah sistem klasifikasi Desimal
Dewey, yang lebih popular dengan sebutan Dewey Decimal Clasification atau DDC.
DDC
disusun oleh seorang pustakawan yang bernama Melville Louis Kossuth Dewey yang
hidup pada tahun 1851-1931 di benua Eropa. Di Asia, kita memiliki pustakawan
terkenal yang bernama Dr. Shiyali Ramamita Ranganathan yang banyak berkontibusi
dalam bidang perpustakaan yang hidup pada tahun 1892-1972 di India. Sedangkan dari
Indonesia kita mengenal Dauzan Farouk, Putu Laxman Pendit, Muhammad Azwan,
Sulistyo Basuki, Lasa HS, dan lain sebagainya. Mereka-mereka ini adalah
pustakawan dan akademisi yang bergerak membangun budaya perpustakaan dan
literasi.
Menjadi
seorang pustakawan yang professional adalah sebuah keharusan. Profesi ini
mengharuskan seseorang memiliki kompetensi dan karakter tersendiri yang telah
diatur dalam UU No. 43 tahun 2007 dan SKKNI bidang perpustakaan. Walaupun
profesi pustakawan tidak sepopuler profesi yang lain, namun misi sosial yang diembannya
sangat penting dan berdampak besar kepada perkembangan ilmu pengetahuan dan
perkembangan generasi bangsa sekaligus. Demi untuk mencapai cita-cita mulia ini
sangat diharapkan lahir pustakawan-pustakawan masa kini yang dapat menjembatani
dan menjadi mediator perubahan zaman ke depannya.
Dalam
era generasi milenial saat ini, mengakses informasi dapat dilakukan dengan
sangat mudah dengan berselancar internet kapanpun dan dimanapun, tidak harus datang
ke perpustakaan. Jadi agar perpustakaan dan pustakawan tidak di tinggal para
penggunanya, mereka harus terus berbenah dalam menyediakan berbagai sarana
prasarana, fasilitas, infrastruktur, dan aspek kebijakan organisasi yang
mendukung perubahan dan memahami kebutuhan generasi milenial ini. Selain tidak
boleh ketinggalan dalam kemajuan TIK, pustakawan harus dapat juga menjadi
seorang Pustakawan Perubahan.
Pustakawan Perubahan
Pustakawan
perubahan adalah sosok yang mampu beradaptasi dengan perubahan serta tetap
ramah dan tanggap akan kebutuhan pemustaka. Adalah menjadi tugas pokok dan
bukanlah hal yang mudah bagi pustakawan untuk melayani pemustaka di era
generasi milenial ini. Dibutuhkan kompetensi khusus dan keprofesionalan yang
tinggi dalam menguasai teknologi dan informasi agar tidak terjadi kesenjangan
antara pemustaka dan pustakawan yang sudah ada apalagi bagi pustakawan yang
sudah lebih senior dalam segi usia.
Pustakawan
yang handal akan tetap dapat bertranformasi dan terus mencoba mengupate diri
untuk terus mengasah kompetensinya dan menambah keterampilan serta sikap dalam
melayani setiap kebutuhan pemustaka. Karena bagaimanapun, ujung tombak
perpustakaan pada generasi milenial ini adalah di bagian pelayanan
perpustakaannya. Justru dengan hadirnya era 4.0 ini menjadi cambuk bagi
perpustakaan dan pustakawan untuk melecutkan semangat berbenah, termotivasi
untuk melakukan inovasi dan kreatifitas yang terbaik agar tetap eksis di tengah
masyarakat.
Stigma
beberapa kalangan yang mengatakan bahwa profesi pustakawan terancam dengan adanya
era disrupsi adalah tidak benar. Terbukti, walaupun pengguna millennial sudah
melek teknologi, namun mereka kebanyakan memiliki daya juang yang rendah dalam
memperoleh dan mencari informasi atau sumber-sumber informasi yang
dibutuhkannya. Itulah mengapa pengalaman dan perilaku bijak sangat diperlukan
ada pada diri setiap pustakawan dalam melayani kebutuhan informasi bagi setiap
pengunjung perpustakaan. Sedangkan pengalaman dan wisdom yang dimiliki oleh
pustakawan senior akan menjadi nilai tambah dan berguna dalam menjalin
kolaborasi antar generasi agar tercipta growth mindset yang sempurna.
Seorang
pustakawan yang baik harus bisa menulis, karena kegiatan membaca dan menulis
tidak dapat di pisahkan antara satu dengan yang lainnya. Berada dalam era 4.0 ini,
makin nampak pergerseran perpustakaan, bahwa perpustakaan bukan hanya lagi
sebagai sebuah tempat untuk menyimpan buku melainkan sudah menjadi tempat untuk
menuangkan ide dan gagasan. Sehingga mutlak seorang pustakawan untuk mengetahui
dan menguasai tehnik penulisan dan minimal memiliki karya tulis yang dapat
menjadi pemikat pengunjung dan dapat memotivasi pengguna perpustakaan untuk
semakin meningkatkan kompetensi diri dan kemampuannya dalam berliterasi.
Sudah
seharusnya pustakawan di era milenial bangkit dan menjadi teladan bagi para
pengunjung khususnya milenial dengan bersenjatakan pengetahuan dan pena yang
berisi ide-ide cemerlang. Diharapkan pustakawan tidak hanya menulis di sosial
media seperti Facebook, Instagram, Twitter, Whatsapp dan lain sebagainya,
tetapi juga merambah pada bacaan dan literature ilmiah. Sehingga pustakawan
bisa menjadi role model yang positif serta bisa memberikan kontribusi yang
positif dan konstruktif bagi generasi penerus yang akan datang.
Ada
tiga peran penting pustakawan dalam era
milenial ini, yaitu :
1. Memberikan
pemahaman kepada masyarakat tentang perkembangan open akses, salah satu contohnya
adalah variasi publikasi open akses
2. Mendampingi
peneliti dalam memahami berbagai aturan dan kebijakan terkait publikasi open
akses
3. Mempromosikan
institusional repository serta mengikuti perkembangan kualitas jurnal
Akhir
kata, mari kita peringati HPI ini dengan menjadi seorang pustakawan yang
berkarakter dan memiliki sikap yang terpuji serta patut untuk diteladani.
Hilangkan rasa minder dan jadikan pustakawan adalah profesi yang sangat penting
serta bantu pemerintah dengan turut serta membangun SDM unggul untuk Indonesia
maju. Mengutip pendapat Dian Sinaga, bahwa kedepannya Pustakawan adalah
kumpulan subjek specialist, atau bisa juga disebut kumpulan para dewa, karena
pustakawan dianggap orang yang paling tahu tentang informasi. Hidup Pustakawan.
Salam literasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar