Rabu, 08 Juli 2020

Pustakawan Milenial, Pustakawan Perubahan


Pustakawan Milenial, Pustakawan Perubahan
Oleh : Rina Devina
Berbahagialah para Pustakawan di hari ini, karena tepat hari ini, 07 Juli adalah Hari Pustakawan Indonesia. Tahun ini Hari Pustakawan Indoneisa (HPI) memasuki angka yang ke-47 tahun. Peringatan HPI ini berawal dari didirikannya perhimpunan organisasi pustakawan yang kita kenal dengan Ikatan Pustakawan Indonesia yang lebih dikenal dengan IPI pada 7 Juli 1973 dalam kongres Pustakawan Indonesia yang diadakan di Ciawi, Bogor.
Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa Pustakawan adalah ujung tombak dalam sebuah perpustakaan. Tanpa seorang pustakawan, perpustakaan akan terasa tidak lengkap. Pustakawan memiliki tugas mengelola dan mengorganisir semua koleksi yang ada di sebuah perpustakaan. Dalam mengelola koleksi tersebut terdapat berbagai sistem pengkalsifikasian yang diciptakan sejak berdirinya perpustakaan, namun yang paling banyak digunakan di seluruh dunia adalah sistem klasifikasi Desimal Dewey, yang lebih popular dengan sebutan Dewey Decimal Clasification atau DDC.
DDC disusun oleh seorang pustakawan yang bernama Melville Louis Kossuth Dewey yang hidup pada tahun 1851-1931 di benua Eropa. Di Asia, kita memiliki pustakawan terkenal yang bernama Dr. Shiyali Ramamita Ranganathan yang banyak berkontibusi dalam bidang perpustakaan yang hidup pada tahun 1892-1972 di India. Sedangkan dari Indonesia kita mengenal Dauzan Farouk, Putu Laxman Pendit, Muhammad Azwan, Sulistyo Basuki, Lasa HS, dan lain sebagainya. Mereka-mereka ini adalah pustakawan dan akademisi yang bergerak membangun budaya perpustakaan dan literasi.
Menjadi seorang pustakawan yang professional adalah sebuah keharusan. Profesi ini mengharuskan seseorang memiliki kompetensi dan karakter tersendiri yang telah diatur dalam UU No. 43 tahun 2007 dan SKKNI bidang perpustakaan. Walaupun profesi pustakawan tidak sepopuler profesi yang lain, namun misi sosial yang diembannya sangat penting dan berdampak besar kepada perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan generasi bangsa sekaligus. Demi untuk mencapai cita-cita mulia ini sangat diharapkan lahir pustakawan-pustakawan masa kini yang dapat menjembatani dan menjadi mediator perubahan zaman ke depannya.
Dalam era generasi milenial saat ini, mengakses informasi dapat dilakukan dengan sangat mudah dengan berselancar internet kapanpun dan dimanapun, tidak harus datang ke perpustakaan. Jadi agar perpustakaan dan pustakawan tidak di tinggal para penggunanya, mereka harus terus berbenah dalam menyediakan berbagai sarana prasarana, fasilitas, infrastruktur, dan aspek kebijakan organisasi yang mendukung perubahan dan memahami kebutuhan generasi milenial ini. Selain tidak boleh ketinggalan dalam kemajuan TIK, pustakawan harus dapat juga menjadi seorang Pustakawan Perubahan.
Pustakawan Perubahan
Pustakawan perubahan adalah sosok yang mampu beradaptasi dengan perubahan serta tetap ramah dan tanggap akan kebutuhan pemustaka. Adalah menjadi tugas pokok dan bukanlah hal yang mudah bagi pustakawan untuk melayani pemustaka di era generasi milenial ini. Dibutuhkan kompetensi khusus dan keprofesionalan yang tinggi dalam menguasai teknologi dan informasi agar tidak terjadi kesenjangan antara pemustaka dan pustakawan yang sudah ada apalagi bagi pustakawan yang sudah lebih senior dalam segi usia.
Pustakawan yang handal akan tetap dapat bertranformasi dan terus mencoba mengupate diri untuk terus mengasah kompetensinya dan menambah keterampilan serta sikap dalam melayani setiap kebutuhan pemustaka. Karena bagaimanapun, ujung tombak perpustakaan pada generasi milenial ini adalah di bagian pelayanan perpustakaannya. Justru dengan hadirnya era 4.0 ini menjadi cambuk bagi perpustakaan dan pustakawan untuk melecutkan semangat berbenah, termotivasi untuk melakukan inovasi dan kreatifitas yang terbaik agar tetap eksis di tengah masyarakat.
Stigma beberapa kalangan yang mengatakan bahwa profesi pustakawan terancam dengan adanya era disrupsi adalah tidak benar. Terbukti, walaupun pengguna millennial sudah melek teknologi, namun mereka kebanyakan memiliki daya juang yang rendah dalam memperoleh dan mencari informasi atau sumber-sumber informasi yang dibutuhkannya. Itulah mengapa pengalaman dan perilaku bijak sangat diperlukan ada pada diri setiap pustakawan dalam melayani kebutuhan informasi bagi setiap pengunjung perpustakaan. Sedangkan pengalaman dan wisdom yang dimiliki oleh pustakawan senior akan menjadi nilai tambah dan berguna dalam menjalin kolaborasi antar generasi agar tercipta growth mindset yang sempurna.
Seorang pustakawan yang baik harus bisa menulis, karena kegiatan membaca dan menulis tidak dapat di pisahkan antara satu dengan yang lainnya. Berada dalam era 4.0 ini, makin nampak pergerseran perpustakaan, bahwa perpustakaan bukan hanya lagi sebagai sebuah tempat untuk menyimpan buku melainkan sudah menjadi tempat untuk menuangkan ide dan gagasan. Sehingga mutlak seorang pustakawan untuk mengetahui dan menguasai tehnik penulisan dan minimal memiliki karya tulis yang dapat menjadi pemikat pengunjung dan dapat memotivasi pengguna perpustakaan untuk semakin meningkatkan kompetensi diri dan kemampuannya dalam berliterasi.
Sudah seharusnya pustakawan di era milenial bangkit dan menjadi teladan bagi para pengunjung khususnya milenial dengan bersenjatakan pengetahuan dan pena yang berisi ide-ide cemerlang. Diharapkan pustakawan tidak hanya menulis di sosial media seperti Facebook, Instagram, Twitter, Whatsapp dan lain sebagainya, tetapi juga merambah pada bacaan dan literature ilmiah. Sehingga pustakawan bisa menjadi role model yang positif serta bisa memberikan kontribusi yang positif dan konstruktif bagi generasi penerus yang akan datang.
Ada tiga peran penting pustakawan dalam era  milenial ini, yaitu :
1.      Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang perkembangan open akses, salah satu contohnya adalah variasi publikasi open akses
2.      Mendampingi peneliti dalam memahami berbagai aturan dan kebijakan terkait publikasi open akses
3.      Mempromosikan institusional repository serta mengikuti perkembangan kualitas jurnal
Akhir kata, mari kita peringati HPI ini dengan menjadi seorang pustakawan yang berkarakter dan memiliki sikap yang terpuji serta patut untuk diteladani. Hilangkan rasa minder dan jadikan pustakawan adalah profesi yang sangat penting serta bantu pemerintah dengan turut serta membangun SDM unggul untuk Indonesia maju. Mengutip pendapat Dian Sinaga, bahwa kedepannya Pustakawan adalah kumpulan subjek specialist, atau bisa juga disebut kumpulan para dewa, karena pustakawan dianggap orang yang paling tahu tentang informasi. Hidup Pustakawan. Salam literasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar